KEMBALILAH KE MASJID!!!

Ditulis Oleh: Mukhlisin Abu Uwais

Berikut sebuah salinan yang indah, pelengkap bekal dakwah, ilmu yang in syaa-allah berberkah.

Pembahasan yang tercantum dalam majalah As-Sunnah edisi 07/tahunXIX/Almuharram/1437 H./November 2015, Halaman 29-30. Ditulis oleh Asy-Syaikh Ahmad Bin Yahya An-Najmi, Diterjemahkan dari risalah beliau –rahimahullah- Daurul Masjid Fil Islam.

Pembahasan yang membimbing kita lebih mengerti tentang peran masjid, di mana kini masjid semakin lama semakin jauh dari fungsinya, baik diisi dengan perkara yang baru, atau dijauhi hingga kotor pun tiada yang tahu.

Simaklah tanpa perasaan disudutkan, tapi sedang diberi tambahan faidah tak berbilang. SELAMAT MENYIMAK:

DARI MASJIDlah Nabi –shallallahu`alaihi wa sallam- mengutus Mu`adz dan Abu Musa Al-Asy`ari –radliyallahu`anhumaa- ke Yaman. Beliau –shallallahu`alaihi wa sallam- berpesan kepada keduanya (artinya):

Berilah kemudahan dan jangan mempersulit! Saling bantulah kalian dan jangan kalian berselisih! (Hadits riwayat Al-Bukhari, kitaabul jihaad was-siyar, no. 2873).

DARI MASJID juga, pasukan perang dikirim ke medan pertempuran, bermula dari pengikatan bendera perang. Dan pada zaman Rasulullah –shallallahu`alaihi wa sallam- dan khulafaa’urrasyidin –radliyallahu `anhum- kabar gembira akan kemenangan di sampaikan DI MASJID.

DI MASJID juga penghakiman (pemberian keputusan atau hukuman) berlangsung, sebagaimana yang terjadi pada kisah Ma`iz, kisah dua orang yang saling melaknat, kisah dua orang yahudi yang berzina dan kisah-kisah lainnya.

DI MASJID Nabi –shallallahu`allai wa sallam- menemui para duta, karena Nabi –shallallahu`alaihi wa sallam- tidak memiliki rumah yang luas. Rumah beliau hanya berupa kamar-kamar bagi para istrinya. Setiap istri mendiami satu rumah yang hanya berisi satu kamar. DI DALAM MASJID, beliau –shallallahu`alaihi wa sallam- bertemu dengan para utusan dari bani Tamim, ketika salah seorang di antara mereka memanggil beliau –shallallahu`alaihi wa sallam- dan berkata: “wahai Muuhammad! Sesungguhhnya pujianku bisa memperindah, dan celaanku bisa memburukkan citra”. Mendengar itu, Nabi bersabda (artinya): “hanya Allah yang mampu melakukan itu”. Lalu turunlah firman Allah -`azza wa jalla-:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (Surat Al-Hujurat/49:1).

DARI MASJID, para da`i dan pelaku amar maruf nahi munkar diutus. Oleh karena itu, Ali –radliyallahu `anhu- pernah berkata kepada Abi Hayyaj Al-Asadi –rahimahullah-: “maukah kamu aku utus dengan mengemban tugas yang diembankan Rasulullah dahulu kepadaku, yaitu janganlah kamu membiarkan sebuah gambar kecuali engkau hancurkan! Jangan pula engkau membiarkan sebuah kuubur kecuali kamu ratakan!”. (Hadits riwayat Muslim, kitaabul jazaa’iz, no. 2240).

KE MASJID juga berbagai masalah yang ada dikembalikan. Oleh karenanya, fatwa-fatwa bermunculan. Dari sana banyak masalah yang susah dipecahkan atau diputuskan hukumnya oleh manusia, lalu mereka mengutus seseorang kepada istri-istri Nabi –shallallahu`alaihi wa sallam- yang ada di sekitar masjid unntuk bertanya. Misalnya, permasalahan orang junub apabila fajar telah tiba, namun dia belum mandi? Permasalahan orang puasa yang mencium istrinya, dan berbagai permasalahan lainnya yang terkadang bersifat rahasia (yang tidak boleh diketahui kecuali oleh para istri Rasulullah). Lalu istri-istri beliau memberitahukan apa yang dahulu dilakukan oleh Rasulullah –shallallahu`alaihi wa sallam- . [SELESAI SALINAN]

Ternyata masjid juga merupakan pangkal dari sekian banyak kebaikan, maka makmurkanlah rumah Allah, sebelum –bisa jadi- Allah menggantimu dengan suatu kaum yang lebih gigih dalam memakmurkan rumah-Nya dan tidak takut celaan para pencela. Ketahuilah! Di antara tugas da`i juga adalah MENGEMBALIKAN MANUSIA KE MASJID, untuk belajar agama, atau untuk hal-hal yang syar`i lainnya. Karena kata Imam An-Nawawi tempat yang paling Allah cintai dari sebuah negeri adalah MASJID-MASJIDnya. Bukan pasar-pasarnya.

Fitnah di luar makin menyebar, apalagi di pasar-pasar, kembalilah ke masjid, fungsikan sebagaimana tujuan ia dibangun!!!

Allahu A`lam.

|Kotaraya, Sulawesi Tengah. Jum`at 22 Shafar 1437 H/04 Desember 2015 M.

(Artikel Ini Pernah Dimuat Dalam Akun Facebook Abu Uwais Musaddad Pada Status No. 0999).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *