KEUTAMAAN PUASA SYAWAL

Ditulis Oleh: Mukhlisin Abu Uwais

KEUTAMAAN PUASA SYAWAL

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Jama`ah Shalat Jum`at Yang Dimuliakan Oleh Allah.

Marilah kita bersyukur kepada Allah, atas seluruh nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita, dengan seluruh kelemahan kita dalam ketaatan kepadanya, namun Allah masih memberi nikmat yang banyak tak terhitung dan tak terhingga.

Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, beserta keluarga beliau, kepada para shahabat, tabi`in dan tabi’uttabi`in serta para pengikutnya.

Marilah kita bertaqwa kepada Allah, Allah berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَابْتَغُوْٓا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِيْ سَبِيْلِهٖ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ 

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, carilah wasilah (jalan untuk mendekatkan diri) kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya agar kamu beruntung”. (Surat Al-Maidah: 35).

Jama`ah Shalat Jum`at Yang Dimuliakan Oleh Allah.

Hari ini adalah tanggal 7 syawal menurut penaggalan yang disepakati oleh mayoritas masyarakat kita, artinya sebanyak jumlah hari itu pula kita telah ditinggalkan oleh bulan Ramadhan dan berganti dengan bulan syawal.

Bulan istimewa itu telah pergi, dan kita tidak tahu apakah masih diberi kesempatan oleh Allah untuk berjumpa kembali dengannya atau bahkan kita telah mendahului pergi untuk selamanya di alam dunia ini sebelum datangnya bulen Ramadhan berikutnya.

Sebelum kematian itu datang, tidak ada yang bisa kita persiapkan selain terus istiqomah dan konsisten dalam menjalankan ibadah kepada Allah, berusaha untuk meningkatkan iman dan takwa, berbuat baik kepada sesama, serta meninggalkan semua perbuatan-perbuatan yang tidak diridhai oleh-Nya.

Rasulullah –shallallahu `alaihi wa sallam- bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Artinya: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh”. (Riwayat Muslim no. 1164).

Jama`ah Shalat Jum`at Yang Dimuliakan Oleh Allah.

Ada beberapa faidah terkait hadits yang mulia ini, di antaranya adalah:

1). Puasa tersebut setara dengan puasa satu tahun.

Mengapa Puasa Ramadhan ditambah puasa 6 hari di bulan Syawal pahalanya setara dengan setahun?

Karena puasa 1 bulan Ramadhan adalah 30 hari yang bila dilipatgandakan pahalanya 10 kali lipat maka sama dengan puasa 300 hari, sedangkan puasa 6 hari di bulan Syawal yang bila dilipatgandakan pahalanya 10 kali lipat maka sama dengan puasa 60 hari, sehingga jika digabungkan kedua jenis puasa tersebut menjadilah puasa 360 hari alias satu tahun. Hal ini karena Allah berfirman:

مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا

Artinya: “Barang siapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya”. (Surat Al-An`am: 160).

Ini merupakan balasan paling sedikitnya, dan bisa menjadi banyak tergantung niatnya, keikhlasannya, aqiidahnya, keimanannya.

2). Puasa 6 hari di bulan Syawal bisa menyempurnakan apa yang kurang dari puasa Ramadhan.

Nabi -shallallahu `alaihi wa sallam- bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَةُ قَالَ يَقُولُ رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ انْظُرُوا فِى صَلاَةِ عَبْدِى أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِى مِنْ تَطَوُّعٍ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَتِمُّوا لِعَبْدِى فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ

Artinya: “Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat nanti adalah shalat. Allah -`Azza wa Jalla- berkata kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih tahu: Lihatlah pada shalat hamba-Ku. Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak? Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun jika dalam shalatnya ada sedikit kekurangan, maka Allah berfirman: Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah?. Jika hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah berfirman: sempurnakanlah kekurangan yang ada pada amalan wajib dengan amalan sunnahnya. Kemudian amalan lainnya akan diperlakukan seperti ini”. (Riwayat Abu Daud no. 864, Ibnu Majah no. 1426. Al-Imam Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

3). Melaksanakan puasa syawal adalah sebagai bentuk syukur pada Allah setelah dimudahkan berpuasa Ramadhan.

Sesungguhnya puasa Ramadhan akan menjadikan sebab terampuninya dosa-dosa di masa lalu, sebagaimana sabda Nabi –shallallahu `alaihi wa sallam-:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: “Barangsiapa yang berpuasa (di Bulan) Ramadhan (dalam kondisi) keimanan dan mengharapkan (pahala), maka dia akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu”. (Riwayat Bukhari no. 38, dan Muslim no. 760, dari Sahabat Abu Hurairah -radhiallahu ’anhu-).

Dan tentu pengampunan dosa adalah sebuah nikmat yang besar yang wajib disyukuri, maka kembali berpuasa setelah Ramadhan (6 hari di bulan Syawal) merupakan bentuk bersyukur atas nikmat ini, tidak ada nikmat yang lebih agung disbanding diampuninya dosa-dosa. Bahkan Nabi sampai bengkak-bengkak kedua kaki beliau, dan ketika ditanyakan kepada beliau: apakah engkau masih melakukan ini semua padahal Allah telah mengampunimu dosa-dosamu yang telah lalu maupun yang akan datang? Beliau justru menjawab:

أَفَلَا أَكُونَ عَبْدًا شَكُوراً

Artinya: “Tidakkah aku pantas menjadi hamba yang bersyukur??”. (Riwayat Al-Bukhari no. 4557 dan Muslim no. 2820).

Kemudian, di antara contoh bentuk syukur adalah dengan berdzikir kepada Allah, bukankah Allah Ta`ala memerintahkan untuk bersyukur atas nikmat puasa Ramadhan dengan cara menampakkan dzikir (takbir mengagungkan Allah di akhir Ramadhan) sebagai wujud syukur? Allah berfirman:

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya: “Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur”. (Surat Al-Baqarah: 185).

Kesyukuran tersebut karena seorang hamba telah diberi taufiq oleh Allah untuk berpuasa Ramadhan, dan telah ditolong oleh Allah untuk menunaikannya, dan mendapat ampunan Allah karenanya, maka hendaknya ia berpuasa (6 hari di bulan Syawal) sebagai balasannya (bentuk syukurnya). (Disarikan dari Latha’iful Ma`arif hal. 388-289 Cet. Al-Maktab Al-Islamiy Karya Al-Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali).

أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْـمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لِلهِ رَبِ الْعَالَمِيْنَ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْأَمِيْنُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ والتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْد

Sidang Jama`ah Shalat Jum`at Yang Dimuliakan Oleh Allah.

Faidah berikutnya:

4). Kembalinya seseorang untuk berpuasa (6 hari di bulan Syawal) setelah Idul Fitri adalah pertanda seseorang memiliki semangat dalam berpuasa, dan pertanda bahwa ia tidak bosan dan tidak merasa berat dan tidak membenci amalan tersebut.

Sesungguhnya suatu amalan yang seorang hamba terus mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan tersebut di bulan Ramadhan mestinya tidak menjadi mandeg dengan berlalunya Ramadhan, bahkan mestinya ia tetap dikerjakan setelah Ramadhan selama masih hidup.

Karena banyak manusia yang yang justru senang dengan berhentinya bulan Ramadhan karena merasa terbebani dengannya, bosan karenanya, dan merasa penat di dalam hari-harinya. Siapa yang demikian perasaannya niscaya ia tidak akan segera berpuasa (6 hari di bulan Syawal).

Akhirnya, marilah kita berdoa kepada Allah ta`ala:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى الْـمُرْسَلِينَ وَالْـحَمْدُ لِلهِ ربِّ الْعَالَـمِينَ

|Kotaraya, Sulawesi Tengah. Jum`at 07 Syawal 1444H/28 April 2023 M.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *