MENATA QONA`AH

Ditulis Oleh: Mukhlisin Abu Uwais

Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

لَيْسَ الغِنَى عَنْ كَثْرَةِ العَرَضِ، وَلَكِنَّ الغِنَى غِنَى النَّفْسِ

Artinya: “Kekayaan itu bukanlah dengan banyaknya kemewahan dunia, akan tetapi kekayaan hakiki adalah kekayaan (merasa adanya kecukupan) dalam jiwa”. (Riwayat Bukhari no. 6446, Muslim no. 1051).

Setiap saat, seorang muslim mesti menata qona`ahnya, misal di pagi hari sejak bangun dari tidurnya, bagi yang tidak punya gajian bulanan akan lebih mudah menata qona`ahnya, karena di saat tersebut ia benar-benar harus sepenuhnya menyandarkan rizki hari itu kepada Allah, bukan kepada gajian.

Namun ternyata keadaan seperti itu yang paling disukai oleh para salafush-shalih, yaitu suatu keadaan yang ia tertuntut harus menyandarkan seluruh perkara rizkinya kepada Allah saja.

Imam Ahmad –rahimahullah- mengatakan:

أَسَرُّ أَيَّامِي إِلَيَّ يَوْمٌ أُصْبِحُ وَلَيْسَ عِنْدِي شَيْءٌ

Artinya: “Hari yang paling bahagia menurutku adalah ketika aku memasuki waktu Subuh dan aku tidak memiliki apapun”. (Shifatush Shafwah 3/345).

Mengapa demikian? Ya, karena dengan seperti itu ia akan tergerak hatinya untuk mempertebal husnudzonnya kepada Allah. Berbeda dengan mereka yang menu makanannya selalu siap saji, setock untuk bulan depan bahkan sudah terbeli, dengannya mungkin bisa sampai pada sikap merasa tidak perlu berfikir apakah Allah akan memberi atau menahan rizki.

Ibnu Mas’ud -radhilallahu ‘anhu- pernah mengatakan:

إِنَّ أَحْسَنَ مَا أَكُونُ ظَنًّا حِينَ يَقُولُ الْخَادِمُ: لَيْسَ فِي الْبَيْتِ قَفِيزٌ مِنْ قَمْحٍ وَلَا دِرْهَمٌ

Artinya: “Keadaan di mana aku mempertebal husnuzhanku adalah saat pembantu mengatakan: “Di rumah tidak ada lagi gandum maupun dirham”. (Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah (34871), Ad Dainuri dalam Al Majalisah (2744), Abu Nu’aim dalam Al Hilyah (2/97).

Menata Qona`ah, agar hati merasa puas dengan apa yang Allah beri, yakin akan kecukupan dari pemberian-Nya, merasa tenang dangan seukuran yang dirizkikan Allah kepadanya, ditambah dengan keridhaan atas taqdir tersebut. Siapa yang mampu qona`ah niscaya akan mendapat ketenangan hidup.

Abdullah bin Mas’ud -radhiallalhu ‘anhu- mengatakan: Sesungguhnya Allah Ta’ala dengan keadilan, ilmu, dan hikmah-Nya menjadikan ketenangan dan kelapangan ada di dalam RASA YAKIN DAN RIDHA KEPADA-NYA.

|Kotaraya, Sulawesi Tengah, Sabtu 04 Dzulhijjah 1438 H/26 Agustus 2017 M.

(Artikel Ini Pernah Dimuat Dalam Akun Facebook Abu Uwais Musaddad Pada Status No. 1155).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *