PEMULA, FOKUS DENGAN SATU GURU DULU SAJA!
Ditulis Oleh: Mukhlisin Abu Uwais
Terlebih di musim setiap orang bisa saja dengan mudahnya mengaku da`I lalu menggelar lapak fatwa, baik di dunia nyata maupun sosial media, maka hendaknya setiap kita yang merasa diri ini masih di garis start atau baru memulai dalam belajar agama, jangan terlalu percaya dengan bisikan syetan-syetan kalangan manusia yang berteriak ambillah ilmu itu dari mana saja dan datangilah setiap guru-guru agama, ambil yang baik dan tinggalkan yang buruk! Padahal seseorang yang baru awal belajar belum berada pada kemampuan membedakan yang haq dengan yang samar! Bila dipaksakan maka ia akan terombang-ambing dalam bujuk rayu da`I-da`I yang menyeru ke pintu jahannam.
Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda :
دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيْهَا فَقُلْتُ يَا رَسُوْلُ اللهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ نَعَمْ قَوْمٌ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَمُوْنَ بِأَلْسِنَتِنَا
Artinya: “Akan muncul dai-dai yang menyeru ke neraka jahannam, barangsiapa yang menerima seruan mereka maka mereka akan menjerumuskannya ke dalam jahannam. Hudzaifah bertanya : Wahai Rasululah sebutkan cirri mereka? Rasulullah menjawab : Mereka dari golongan kita dan berbicara dengan lisan-lisan kita”. (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas –hafidzahullah- menulis: Soal: Al-Khatib Al-Baghdadi –rahimahullah- menerangkan salah satu aspek dalam mempelajarai ilmu yaitu menetap dengan salah seorang ulama atau masyayikh, bagimana pendapat anda?
Jawab: Ini adalah cara yang BAGUS. Seseorang memfokuskan diri ke salah seorang syaikh dan menjadikannya sebagai pegangan terutama bagi PEMULA. Jika seorang pemula menuntut ilmu kepada beberapa orang maka dia akan TEROMBANG-AMBING, karena pendapat manusia itu tidak sama, khususnya di zaman KITA sekarang. Adapun di masa lampau, yaitu beberapa masa yang lalu, orang-orang di sini, di kerajaan Arab Saudi, tidak pernah merasa puas dan berhenti. Engkau dapati bahwa fatwa mereka satu, penjelasan mereka satu, mereka tidak saling berbeda satu sama lain kecuali dalam penyampaian dan metode. Tapi sekarang ketika setiap orang menghafal satu atau dua hadits, dia berani berkata: “AKU ADALAH IMAM YANG DIIKUTI, IMAM AHMAD ADALAH LAKI-LAKI SEBAGIMANA KAMU PUN JUGA LAKI-LAKI”.
Maka masalah pun menjadi kacau, setiap orang mengeluarkan fatwa, terkadang ada fatwa yang membuat menangis, ada juga yang mengandung tawa. Dahulu saya pernah memiliki rencana untuk mengumpulkan/membukukan fatwa-fatwa seperti ini, tetapi saya khawatir termasuk orang-orang yang mengungkit-ungkit aurat sesama saudara, maka saya membatalkannya karena kekhawatiran saya, jika tidak, maka pasti akan saya kutip beberapa (fatwa) yang jauh dari kebenaran sejauh jarak satu bintang ke binntang lainnya.
Maka saya katakan: menetap (mulazamah) dengan seorang ulama` amatlah penting selama penuntut ilmu itu berada pada langkah awal agat TIDAK TEROMBANG-AMBING. Oleh karena itu, guru-guru kami melarang kami menelaah kitab Al-Mughni dan Syarh Al-Muhadzdzab dan kitab-kitab yang di dalamnya terkandung pendapat yang banyak selama kami masih dalam tahap belajar.
Beberapa guru kami pernah menceritakan kepada kami bahwa syaikh Abdullah bin Abdirrahman Babathin –rahimahullah-, beliau adalah seorang ulama` besar di Nejed, Mufti negeri Nejed, diceritakan bahwa beliau menekuni kitab Ar-Raudhul Murbi`, beliau tidak menelaah dan mengulang-ngulang kitab yang lainnya kecuali kitab ini saja. Setiap kali selesai beliau ulangi lagi, tetapi beliau mengambilnya dengan pemahaman, pengucapan, isyarat dan ungkapan sehingga memperoleh kebaikan yang banyak. Adapun jika pendapat manusia begitu meluas maka dia harus memperhatikan pendapat para ulama` dan mengambil faidah dari pendapat mereka dengan faidah ilmiyyah dan penerapannya. Tetapi di AWAL PELAJARAN, saya nasihatkan agar penuntut ilmu MEMFOKUSKAN DIRI KEPADA SEORANG SYAIKH tertentu dan tidak lebih. [Syaikh Imam Muhammad bin Shalih Al-`Utsimin –rahimahullah-, Kitabul `Ilmi hal. 100-101, fatwa no. 3]. (Disalin Dari Buku MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA halaman 314-315. Karya Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas –hafidzahullah-).
|Kotaraya, Sulawesi Tengah. Senin 29 Rabii`ul Awwal 1439 H/18 Desember 2017 M.
(Artikel Ini Pernah Dimuat Dalam Akun Facebook Abu Uwais Musaddad Pada Status No. 1169).