FAEDAH ASMA’UL HUSNA (Bagian 7-8) NAMA ALLAH AL-KHALIQ DAN AL-KHALLAAQ

Ditulis Oleh: Mukhlisin Abu Uwais

Nama Allah Al-Khaliq disebut di dalam Al-Qur’an pada beberapa ayat. Di antaranya adalah firman Allah Ta`ala:

هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ

Artinya: “Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa,..”. (Surat Al-Hasyr: 24).

Dalam ayat ini berkumpul beberapa nama Allah Ta’ala, maka berlaku kaidah: Apabila suatu istilah yang dibahas terkumpul dalam satu text maka maknanya masing-masing berbeda, dalam hal ini berarti ada perbedaan makna dari Al-Khaliq, Al-Baari’ dan Al-Mushawwir. Namun jika suatu istilah disebutkan satu saja maka maknanya mencakup istilah yang lain, dalam hal ini jika disebutkan satu kata Al-Mushawwir maka maka masuk pula yang dimaksud adalah Al-Khaliq dan Al-Baari’.

Allah juga berfirman:

اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ

Artinya: “Allah Pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala sesuatu”. (Surat Az-Zumar: 62).

Sedangkan nama Allah Al-Khallaaq ini maknanya sama, hanya saja diungkapkan dengan pola kata mubalaghah yang artinya menunjukkan makna lebih.

Al-Khaliq dan Al-Khallaq bermakna sama: Pencipta. Akan tetapi ada tambahan tasydid pada Al-Khallaq sehingga bermakna lebih (terus atau sering).

Nama Allah Al-Khallaq terdapat pada firman Allah:

إِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ

Artinya: “Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui”. (Surat Al-Hijr: 86).

Alah juga berfirman:

أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلَى وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ

Artinya: “Dan tidaklah Rabb yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui”. (Surat Yasin: 81).

Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin  Al-`Abbad mengatakan: “Kata Al-Khalqu sebenarnya mengandung dua makna:

PERTAMA: Bermakna tentang kemampuan Allah mengadakan dan menciptakan sesuatu yang baru tanpa ada contoh sebelumnya.

KEDUA: Bermakna tentang kemampuan Allah menentukan (apa yang dikehendaki-Nya). (Diringkas dari kitab Fiqhul Asma-il Husna, hal. 91. Karya Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad).

Allah mampu menentukan apa yang dikehendaki-Nya, dan setelah menentukan Allah pun mampu menciptakannya menjadi ada. Tentu hal ini menunjukkan tentang keagungan Allah Ta`ala.

Bila kita melihat makhluk dan kelemahannya, terkadang mereka mampu menentukan, namun tak pandai membuat hingga terwujud. Atau seseorang punya kepandaian mewujudkan namun buta untuk merancang dan mencari komposisi. Karena memang manusia adalah makhluk, dan makhluk selalu beriringan dengan yang namanya keterbatasan dan kelemahan.

Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin  Al-`Abbad mengatakan: “Di sisi lain, Allah tidaklah menciptakan semua makhluk sebagai permainan, sesuatu yang sia-sia tanpa manfaat, atau sekedar sendau gurau. Maha Suci Allah dari dari perbuatan seperti itu. Allah berfirman:

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لا تُرْجَعُونَ

فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لا إِلَهَ إِلا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ

Artinya: “Maka apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Tuhan (yang memiliki) ‘Arsy yang mulia. (Surat Al-Mu’minun: 115-116).

Allah sengaja menciptakan makhluk agar mereka mengenal Allah sebagai Tuhan dan hanya beribadah kepada-Nya. Dalil untuk alasan pertama (bahwa Dia menciptakan makhluk supaya mereka menhenal Allah) adalah firman Allah Ta`ala:

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الأرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الأمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا

Artinya: “Allah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu”. (Surat Ath-Thalaq: 12).

Sedangkan dalil untuk alasan kedua (bahwa Allah menciptakan makhluk supaya mereka hanya beribadah kepada-Nya) adalah firman Allah:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ

Artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”. (Surat Adz-Dzariyat: 56). (Lihat kitab Fiqhul Asma-il Husna, hal. 92. Karya Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad).

Banyak ayat Al-Qur’an yang menunjukkan bahwasannya kaum kafir mengakui bahwa hanya Allah lah Yang Mencipta, Yang Memberi Rizki, Yang Memberi Nikmat, sebagaimana Allah kisahkan di dalam Al-Qur’an tentang pengakuan mereka:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ

Artinya: “Dan jika engkau bertanya kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Pasti mereka akan menjawab, “Allah.” Maka mengapa mereka bisa dipalingkan (dari kebenaran)”. (Surat Al-Ankabut: 61).

Setelah Allah menyebutkan pengakuan mereka dalam ayat ini, kemudia dalam ayat berikutnya Allah justru mencela mereka. Mengapa? Untuk mengingkari kesyirikan mereka. Karena mereka mengakui bahwa Allah sebagai pencipta namun tetap melakukan kesyirikan, maka Allah mencela tindakan tersebut dengan firman-Nya:

بَلْ أَكْثَرُهُمْ لا يَعْقِلُونَ

Artinya: “tetapi kebanyakan mereka tidak mengerti”. (Surat Al-Ankabut: 63).

Mereka dianggap tidak berakal, tidak mengetahui, karena apa? Karena sikap mereka yang bertentangan antara pengakuan dan praktek ibadah.

Buah beriman dengan nama Allah AL-KHALIQ dan AL-KHALLAQ:

1). Mengimani nama Allah Al-Khaliq tentu akan membuat seorang hamba memurnikan atau mengikhlaskan ibadah hanya pada Allah saja dan tidak berbuat syirik pada-Nya, karena Dia lah yang menciptakan, tentu konsekuensinya hanya Dia lah yang berhak diberikan peribadahan.

2). Mengimani nama Allah Al-Khaliq tentu akan membuat seorang hamba semakin Cinta kepada Allah. Karena Allah yang menciptakan kita,  dan tidak membiarkan kita begitu saja dalam mencari kebutuhan hidupnya, bahkan Allah memfasilitasi dengan memberi rizki, sebagaimana Allah memiliki nama Ar-Razzaq.

3). Mengimani nama Allah Al-Khaliq tentu akan membuat seorang hamba semakin bertawakkkal kepada Allah saja, misalnya saja dalam hal menanam, cukup mereka berusaha sebaik mungkin, lalu serahkan penciptaannya kepada Allah, karena Allah yang menciptakan yang hidup dari yang sebelumnya mati, Allah berkuasa atas hal tersebut. Sebagaimana firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوَى يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَمُخْرِجُ الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّ ذَلِكُمُ اللَّهُ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ

Artinya: “Sungguh, Allah yang menumbuhkan butir (padi-padian) dan biji (kurma). Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Itulah (kekuasaan) Allah, maka mengapa kamu masih berpaling? (Surat Al-An`am: 91).

|Kotaraya, Sulawesi Tengah. Senin, 20 Syawal 1440 H/24 Juni 2019 M.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *