FAEDAH AQIDAH AHLUSSUNNAH UNTUK PEMULA (Bagian Ke 4) PENJELASAN TENTANG TAUHID RUBUBIYYAH

Ditulis Oleh: Mukhlisin Abu Uwais

Bertauhid adalah mengesakan Allah dalam penciptaan dan pengaturan, mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya, meninggalkan peribadatan selain Allah, menetapkan bagi-Nya nama-nama yang baik dan sifat-sifat yang tinggi (dari nama-nama yang telah Allah tetapkan dalam A-Qur’an maupun Nabi sebutkan dalam As-Sunnah), menyucikan Allah dari segala kurang dan aib. (Lihat: ‘Aqidatut Tauhid hal. 21 Cet. Darul Ashimah, karya Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan).

Pembahasan pada kesempatan ini akan kita bagi menjadi beberapa point penting:

1.) DALIL ADANYA PEMBAGIAN TAUHID (KEESAAN) ALLAH

Jika membaca Al-Qur’an dan hadits, kita akan menjumpai di dalamnya bahwa tauhid (mengesakan Allah) itu terjadi pada tiga perkara:

  1. Tauhid Rububiyyah
  2. Tauhid Uluhiyyah
  3. Tauhid Asma wa shifat

Perhatikan ayat Allah:

رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَيۡنَهُمَا فَٱعۡبُدۡهُ وَٱصۡطَبِرۡ لِعِبَٰدَتِهِۦۚ هَلۡ تَعۡلَمُ لَهُۥ سَمِيّٗا  ٦٥

Artinya: “Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?”. (Surat Maryam: 65).

Ayat di atas, adalah satu ayat yang menjelaskan tiga macam jenis pengesaan (tauhid) kepada Allah Ta’ala:

Pertama, tentang tauhid Rububiyyah, Allah berfirman (artinya): “Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya”.

Kedua, tentang tauhid Uluhiyyah, Allah berfirman (artinya): “maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya”.

Ketiga, tentang tauhid asma wa shifat, Allah berfirman (artinya): “Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia”.

Pembagian tauhid dengan pembagian seperti di atas merupakan hasil penelitian para ulama terhadap seluruh dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga pembagian tersebut bukan termasuk bid’ah karena memiliki landasan dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

2). TAUHID RUBUBIYYAH

Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan menjelaskan: Tauhid Rububiyyah adalah mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya, dengan meyakini bahwa:

Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk.

Allah berfirman:

ٱللَّهُ خَٰلِقُ كُلِّ شَيۡءٖۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ وَكِيلٞ  ٦٢

Artinya: “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu”. (Surat Az-Zumar: 62).

Dia adalah Pemberi rizki bagi setiap manusia, binatang dan makhluk lainnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

۞وَمَا مِن دَآبَّةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا ……  ٦

Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya”. (Surat Hud: 06).

Bahwasanya Dia adalah Penguasa alam dan Pengatur semesta, Dia yang mengangkat dan menurunkan, Dia yang memuliakan dan menghinakan, Mahakuasa atas segala sesuatu. Pengatur rotasi siang dan malam, Yang menghidupkan dan Yang mematikan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلِ ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلۡمُلۡكِ تُؤۡتِي ٱلۡمُلۡكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلۡمُلۡكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُۖ بِيَدِكَ ٱلۡخَيۡرُۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ  ٢٦

تُولِجُ ٱلَّيۡلَ فِي ٱلنَّهَارِ وَتُولِجُ ٱلنَّهَارَ فِي ٱلَّيۡلِۖ وَتُخۡرِجُ ٱلۡحَيَّ مِنَ ٱلۡمَيِّتِ وَتُخۡرِجُ ٱلۡمَيِّتَ مِنَ ٱلۡحَيِّۖ وَتَرۡزُقُ مَن تَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٖ  ٢٧

Artinya: “Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)”. (Surat Ali Imran: 26-27). (Lihat: ‘Aqidatut Tauhid hal. 22-23 Cet. Darul Ashimah, karya Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan).

3). NALURI MANUSIA MENGIMANI KEESAAN ALLAH DALAM RUBUBIYYAH-NYA

Tauhid Rububiyyah merupakan fitrah yang telah Allah letakkan pada diri manusia semenjak mereka belum dilahirkan ke dunia ini. Allah berfirman:

وَإِذۡ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِيٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمۡ ذُرِّيَّتَهُمۡ وَأَشۡهَدَهُمۡ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡۖ قَالُواْ بَلَىٰ شَهِدۡنَآۚ أَن تَقُولُواْ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنۡ هَٰذَا غَٰفِلِينَ  ١٧٢

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Rabbmu?’ Mereka menjawab: ‘Betul, (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi.’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Allah)”. (Surat Al-A’raf: 172).

Allah juga berfirman:

فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفٗاۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡهَاۚ لَا تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ  ٣٠

Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah di atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada penciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Surat Ar-Rum: 30).

Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasalam- telah bersabda:

مَا مِنْ مَولُودٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلىَ الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Artinya: Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah (Di atas kecondongan kepada Islam, cinta pada kebenaran dan membenci kebathilan). Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (Riwayat Bukhari no. 1358, Muslim no. 2658).

Tauhid Rububiyyah merupakan fitrah yang diakui oleh siapapun dalam kehidupan ini, kecuali hanya segelintir orang yang menyimpang dari keumuman manusia. Bahkan kaum musyrikin yang telah dikafirkan oleh Allah dan juga diperangi oleh Rasul-Nya juga mengakui Tauhid Rububiyyah. Allah berfirman:

وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡعَلِيمُ  ٩

Artinya: “Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’ Niscaya mereka akan menjawab: ‘Semuanya diciptakan oleh Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”. (Surat Az-Zukhruf: 9).

4). PENYIMPANGAN DARI TAUHID RUBUBIYYAH

Keumuman manusia mengakui Tauhid Rububiyyah kecuali hanya segelintir orang-orang yang aneh dan menyimpang. Penyimpangan dari Tauhid Rububiyyah ini terbagi menjadi tiga jenis keyakinan:

-1. Mengingkari secara mutlak. Keyakinan ini dianut oleh kaum yang meyakini hidup hanyalah kumpulan hari tanpa pertanggung jawaban, seperti kaum atheis, komunis, filsafat dan sejenisnya. Allah berfirman tentang mereka:

وَقَالُواْ مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا ٱلدُّنۡيَا نَمُوتُ وَنَحۡيَا وَمَا يُهۡلِكُنَآ إِلَّا ٱلدَّهۡرُۚ وَمَا لَهُم بِذَٰلِكَ مِنۡ عِلۡمٍۖ إِنۡ هُمۡ إِلَّا يَظُنُّونَ  ٢٤

Artinya: “Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja”. (Surat Al-Jatsiyah: 24).

-2. Mengingkari pada Allah namun meyakini pada selain-Nya. Keyakinan seperti ini seperti yang terjadi pada Fir’aun, dia mengatakan:

فَقَالَ أَنَا۠ رَبُّكُمُ ٱلۡأَعۡلَىٰ  ٢٤

Artinya: “(Seraya) berkata: “Akulah tuhanmu yang paling tinggi”. (Surat An-Nazi’at: 24).

-3. Meyakini pada Allah namun juga meyakini pada selain-Nya. Keyakinan seperti ini seperti yang terjadi pada orang-orang sufi yang meyakini bahwa sebagian wali (versi mereka) memiliki pengaruh pada urusan alam ini bersama Allah.

5). TAUHID RUBUBIYYAH MENGHARUSKAN KEYAKINAN TENTANG TAUHID ULUHIYYAH

Tauhid rububiyyah atau meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya yang menciptakan, mengatur, memiliki dan memelihara alam semesta, maka hal tersebut mengharuskan adanya keyakinan bahwa Allah saja lah yang layak diibadahi.

Allah selalu menyebutkan perkara Rububiyyah untuk mengajak manusia agar menunaikan perkara Uluhiyyah (mengesakan Allah dalam ibadah hanya kepada saja). Karena ini adalah fitrah manusia yang telah diletakkan oleh Allah pada jiwa mereka. Allah berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعۡبُدُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُمۡ وَٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ  ٢١

ٱلَّذِي جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ فِرَٰشٗا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءٗ وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَأَخۡرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزۡقٗا لَّكُمۡۖ فَلَا تَجۡعَلُواْ لِلَّهِ أَندَادٗا وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ  ٢٢

Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui”. (Surat Al-Baqarah: 21-22).

Inilah sedikit penjelasan tentang tauhid rububiyyah, semoga Allah membimbing kita di atas jalan yang lurus.

|Kotaraya, Sulawesi Tengah. Jum`at 10 Al-Muharram 1444 H/ 12 Agustusr 2022 M.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Silahkan Dukung Dakwah Pesantren Minhajussunnah Al-Islamiy Desa Kotaraya Sulawesi Tengah Dengan Menjadi DONATUR.

REKENING DONASI: BRI. KCP. KOTARAYA 1076-0100-2269-535 a.n. PONPES MINHAJUSSUNNAH KOTARAYA, Konfirmasi ke nomer HP/WA 085291926000

PROPOSAL SINGKAT DI http://minhajussunnah.or.id/santri/proposal-singkat-program-dakwah-dan-pesantren-minhajussunnah-al-islamiy-kotaraya-sulawesi-tengah/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *