FAEDAH ASMA’UL HUSNA (Bagian 17) NAMA ALLAH ASH-SHAMAD

Ditulis Oleh: Mukhlisin Abu Uwais

Nama Allah Ash-Shamad terdapat dalam surat Al-Ikhlas:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

اللَّهُ الصَّمَدُ

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Artinya: “Katakanlah (Muhammad): Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia”. (Surat Al-Ikhlas: 1-4).

Surat inilah yang pernah diberitahukan Nabi –shallallahu `alaihi wa sallam- bahwa ia setara dengan SEPERTIGA Al-Qur’an.

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ فِي لَيْلَةٍ ثُلُثَ الْقُرْآنِ قَالُوا وَكَيْفَ يَقْرَأْ ثُلُثَ الْقُرْآنِ قَالَ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ

Artinya: “Dari Abud Darda’ dari Nabi -shallallahu `alaihi wa sallam-, beliau bersabda: Apakah seseorang dari kalian tidak mampu membaca sepertiga Al-Qur’an di dalam satu malam?. Para Shahabat bertanya: Bagaimana mungkin seseorang (mampu) membaca sepertiga Al-Qur’an (di dalam satu malam)?. Beliau menjawab: Qul Huwallaahu Ahad itu sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an”. (Riwayat Muslim no. 811).

Al-Fairuz Abadi –rahimahullah- menjelaskan bahwa termasuk makna Ash-Shamad secara bahasa adalah As-Sayyid (pemimpin) karena selalu dituju (dijadikan rujukan), juga berarti yang kekal dan mulia (Al-Qamus Al-Muhith hlm. 375).

Ibnu Faris –rahimahullah- menjelaskan bahwa asal kata nama ini menunjukkan dua makna, salah satunya adalah Al-Qashdu (tujuan). Maksudnya, sosok yang dinamakan dengan sebutan ini adalah pemimpin yang dituju (dijadikan rujukan) dalam semua urusan. Kemudian Ibnu Faris –rahimahulla-h menyatakan: Allah yang maha agung kemuliaan-Nya adalah Ash-Shamad karena semua doa dan permohonan hamba-Nya ditujukan kepada-Nya”. (Mu’jamu Maqayiisil Lughah [III/241]).

Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin  Al-`Abbad mengatakan: “Ash-Shamad artinya Sayyid (tuan) yang agung, yang telah sempurna ilmu, hikmah, kelembutan, kekuasaan, kemuliaan, keagungan-Nya, lagi sempurna seluruh sifat-Nya. Dialah yang memiliki sifat yang luas dan agung, yang bergantung kepada-Nya semua makhluk ciptaan-Nya, yang seluruh makhluk menyandarkan semua urusan kepada-Nya. Tiada Rabb bagi makhluk selain Dia. Tiada tujuan dan tempat bersandar bagi makhluk selain pada-Nya untuk memperbaiki urusan agamanya maupun urusan dunianya. Seluruh makhluk berharap kepada-Nya ketika mereka ditimpa berbagai kesusahan dan keresahan, bersimpuh dan memohon kepada-Nya saat mereka ditimpa bencana dan duka, meminta pertolongan-Nya ketika ditimpa kesulitan dan sengsara, karena mereka mengetahui hanya Dia yang dapat memenuhi segala kebutuhan, menghilangkan segala keresahan, dengan kesempurnaan ilmu Allah, keluasan rahmat dan kelembutan serta kasih sayang-Nya, juga karena besarnya kekuasaan (kemampuan), kemuliaan dan kekuatan-Nya. (Lihat kitab Fiqhul Asma-il Husna, hal. 111. Karya Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad).

Asy-Syaikh `Abdurrahman bin Nashir As-Sa`diy –rahimahullah- menjelaskan tentang makna Ash-Shamad: Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, yakni yang dituju dalam seluruh kebutuhan. Semua penghuni alam baik atas maupun bahwanya memerlukan-Nya. Kepada-Nya mereka meminta apa yang mereka perlukan dan kepada-Nya mereka bergantung pada apa-apa yang mereka inginkan, karena Dia Maha Sempurna dalam sifat-sifat-Nya, Maha Mengilmui yang sempurna ilmu-Nya, Maha Penyantun yang sempurna santun-Nya, Maha Penyayang yang sempurna kasihsayang-Nya, yang meliputi segala sesuatu dan seperti itulah seluruh sifat-sifat-Nya. (Lihat Taisiir Al-Kariimir-rahmaan Fii Tafsiir Kalaamil Mannaan, Hal. 937, Cet. Maktabah An-Nubalaa’. Karya Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa`diy).

Jadi, Ash-Shamad adalah sosok yang bergantung (bersandar) kepadanya hati manusia dengan penuh harap dan penuh cemas, mengapa kepadanya bersandar? Karena padanyalah terkumpul sifat-sifat kebaikan yang dimilikinya. Dan dia adalah Allah Ta`ala.

Nama Allah Ash-Shamad adalah nama khusus bagi Allah sendiri, Dial ah yang memiliki Asma’ul Husna (nama-nama yang baik) dan sifat-sifat yang tinggi. Allah berfirman:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Artinya: “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dia Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat”. (Surat Asy-Syuura: 11).

BUAH BERIMAN DENGAN NAMA ALLAH ASH-SHAMAD:

1). Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin  Al-`Abbad mengatakan: “Jika seorang hamba mengetahui seluruh sifat Rabbnya yang sempurna dan agung ini, bahwa tidak ada satu pun yang lebih tinggi dari Allah, tidak ada satu pun yang mengalahkan-Nya, satu-satunya tempat bersandar dan bergantung semua makhluk-Nya, sehingga tidak ada cara untuk menyelamatkan diri dari kemurkaan-Nya kecuali dengan kembali kepada-Nya, dan Dialah satu-satunya tempat pelarian yang dituju oleh semua makhluk untuk memenuhi segala kebutuhan, permintaan dan pengharapan mereka, maka ini berkonsekuensi harus menjadikan hamba tersebut selalu bersandar kepada-Nya semata, tidak meminta pemenuhan hajatnya kecuali kepada-Nya, tidak beribadah kecuali hanya kepada-Nya, serta tidak meminta pertolongan dan berserah diri dalam segala urusannya kecuali hanya kepada-Nya. Allah `Azza wa Jalla berfirman:

أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الأرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلا مَا تَذَكَّرُونَ

Artinya: “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada sembahan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya) (Surat An-Naml: 62).

Inilah makna sabda Rasulullah -shallallahu `alaihi wa sallam-:

إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ باِللهِ

Artinya: “Jika kamu meminta maka mintalah kepada Allah, dan jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada-Nya”. (Riwayat At-Tirmidzi no. 2516; Ahmad [I:293], Al-Hakim dalam Al-Mustadrak [XIV:408]. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. Asy-Syaikh Syu`aib Al-Arnauth dalam tahqiqnya terhadap Musnad Imam Ahmad menyatakan bahwa hadits ini sanadnya kuat).

Bahkan tentang bergantung dan hanya meminta kepada Allah ini adalah merupakan inti kandungan dari Al-Qur’an yang suci, yang tertuang pada firman Allah:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Artinya: “Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-MU lah kami memohon pertolongan”. (Surat Al-Fatihah: 5).

Salah seorang `ulama salaf berkata: “Surat Al-Fatihah adalah rahasia (inti kandungan) Al-Qur’an dan rahasia (inti kandungan) Al-Fatihah adalah kalimat (ayat) ini”. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Hal. 31, Cet. Maktabah Ar-Rusyd. Karya Al-Imam Ibnu Katsir).

2). Dengan mengimani nama Allah ASH-SHAMAD, kita semakin mengetahui kebesaran Allah. Dia benar-benar berhak untuk diibadahi dan Dialah satu-satu-Nya yang berhak diibadahi.

|Kotaraya, Sulawesi Tengah. Jum`at, 05 Shafar 1441 H/04 Oktober 2019 M.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *