FAEDAH ASMA’UL HUSNA (Bagian 5-6) NAMA ALLAH AL-HAYYU DAN AL-QAYYUM

Ditulis Oleh: Mukhlisin Abu Uwais

Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin  Al-`Abbad mengatakan: “Dua nama ini ditemui di dalam Al-Qir’an Al-Karim selalu bersandingan, tepatnya pada tiga ayat:

1). Pada Ayat Kursi

اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

Artinya: “Allah, tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya).” (QS. Al-Baqarah: 255)

2). Di Awal Ayat Surat Ali `Imran:

Nama al-hayyu al-qayyum juga disebutkan dalam,

الم

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

Artinya: “Alif laam miim. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya”. (Surat Ali `Imran: 1-2).

3). Di Dalam Surat Tha Ha:

وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ

Artinya: “Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya)”. (Surat Thaha: 111). (Lihat kitab Fiqhul Asma-il Husna, hal. 87. Karya Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad).

Asy-Syaikh Sa’id bin Wahf Al-Qahthani berkata: “Yang dimaksud dengan Al-Hayyu adalah Maha Hidup yang sempurna. Di dalam sifat Al-Hayyu terdapat  sifat Dzatiyah bagi Allah yaitu Al-`Ilmu (ilmu), Al-`Izzah (mulia), Al-Qudrah (kemampuan), Al-Iradah (keinginan), Al-`Azhamah (mulia), Al-Kibriya’ (maha tinggi) dan sifat-sifat dzatiyah yang suci lainnya. (Lihat Syarh Asma’ Allah Al-Husna, hal. 157. Karya Asy-Syaikh Sa’id bin Wahf Al-Qahthani).

Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin  Al-`Abbad mengatakan: “nama Allah Al-Hayyu mengandung makna penetapan sifat “hidup” bagi Allah. Sifat hidup yang ada pada Allah adalah sifat hidup yang sempurna, yaitu tidak didahului oleh “ketiadaan”, tidak mengalami kepunahan maupun kehancuran, dan tidak memperlihatkan adanya kekurangan dan ketidaksempurnaan, Maha Suci Allah dari semua itu. Karena itu, hanya Allah-lah yang berhak untuk diibadahi, rukuk dan sujud hanya kepada-Nya. Adapun makhluk hidup yang mengalami kematian, atau mayat yang sedang tidak memiliki kehidupan , atau benda mati yang benar-benar tidak memiliki kehidupan, semua itu tidak berhak untuk disembah. Jadi, yang berhak disembah adalah Allah yang Maha Hidup dan tidak pernah mati.

Allah berfirman:

هُوَ الْحَيُّ لا إِلَهَ إِلا هُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Artinya: “Dialah yang hidup kekal, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka sembahlah Dia dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam”. (Surat Al-Mu’min: 65). (Diringkas dari kitab Fiqhul Asma-il Husna, hal. 87. Karya Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad).

Adapun tentang Al-Qayyum, Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin  Al-`Abbad mengatakan: “nama Al-Qayyum menunjukkan dua hal:

1). Menunjukkan kekayaan Allah yang sempurna, Allah berdiri sendiri, tak memerlukan bantuan makhluk-Nya. Sebagaimana firman Allah:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

Artinya: “Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji”. (Surat Fathir: 15).

2). Menunjukkan kesempurnaan kekuasaan dan pengaturan Allah terhadap makhluk-Nya. Allah mengurus kebutuhan makhluk dengan kekuasan yang dimiliki-Nya. Seseungguhnya seluruh makhluk hidup sangat membutuhkan pertolongan Allah. Tidak sekejap pun makhluk di dunia ini yang tidak bergantung kepada-Nya. Arsy Allah, Kursi, langit, bumi, gunung, pepohonan, manusia, hewan dan semua makhluk membutuhkan peran Allah Ta`ala. Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ أَنْ تَزُولا وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

Artinya: “Sungguh, Allah yang menahan langit dan bumi agar tidak lenyap; dan jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang mampu menahannya selain Allah. Sungguh, Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”. (Surat Fathir: 41). (Diringkas dari kitab Fiqhul Asma-il Husna, hal. 87-88. Karya Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad).

Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah berkata: “Sifat Al-Hayyu mencakup semua sifat (DZATIYYAH) yang sempurna yang harus ada pada Allah. Sifat Al-Qayyum mencakup semua sifat (PERBUATAN) yang sempurna yang harus ada pada Allah. Oleh karena sebab itu , nama Al-Hayyu Al-Qayyum diakui sebagai di antara nama-nama yang paling agung, yang jika sebuah doa dipanjatkan dengan menyebut nama tersebut niscaya akan dikabulkan, jika sebuah permintaan dipanjatkan dengan menyebut nama tersebut niscaya akan diberikan”. (Lihat Zaadul Ma`aad [IV/204]).

Dasarnya adalah hadits berikut.

عَنْ أَنَسٍ أَنَّهُ كَانَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- جَالِسًا وَرَجُلٌ يُصَلِّى ثُمَّ دَعَا اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ يَا حَىُّ يَا قَيُّومُ

فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم-  لَقَدْ دَعَا اللَّهَ بِاسْمِهِ الْعَظِيمِ الَّذِى إِذَا دُعِىَ بِهِ أَجَابَ وَإِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى

Artinya: “Dari Anas, ia pernah bersama Rasulullah -shallallahu `alaihi wa sallam- yang dalam keadaan duduk lantas ada seseorang yang shalat, kemudian ia berdo’a: “Allahumma inni as-aluka bi-anna lakal hamda, laa ilaha illa anta al-mannaan badii`us samaawaati wal ardh, yaa dzal jalali wal ikram, yaa hayyu yaa qayyum (artinya: Ya Allah, aku meminta pada-Mu karena segala puji hanya untuk-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau, Yang Banyak Memberi Karunia, Yang Menciptakan langit dan bumi, Wahai Allah yang Maha Mulia dan Penuh Kemuliaan, Ya Hayyu Ya Qayyum –Yang Maha Hidup dan Tidak Bergantung pada Makhluk-Nya-)”. Kemudian Nabi -shallallahu `alaihi wa sallam- bersabda: “Sungguh ia telah berdo’a pada Allah dengan nama yang agung di mana siapa yang berdo’a dengan nama tersebut, maka akan diijabahi. Dan jika diminta dengan nama tersebut, maka Allah akan beri”. (Riwayat Abu Daud no. 1495 dan An-Nasa’i no. 1301. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

Perbanyaklah berdoa dengan menyebut sifat Allah ini, sebagaimana Nabi ketika mendapat mushibah atau kesedihan beliau segera berdo`a:

يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ

Artinya: “Ya Hayyu Ya Qayyum, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan kepada-Mu”. (Riwayat At-Tirmidzi no. 3524, Silsilah Al-Ahaadits Ash-Shahiihah no. 3182).

Nabi juga mengajarkan agar kita membaca dzikir di setiap pagi dan petang dengan membaca:

يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ، أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، وَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ

Artinya: “Ya Hayyu Ya Qayyum, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan kepada-Mu, perbaikilah seluruh urusanku seluruhnya, dan janganah engkau pasrahkan diriku kepada kemampuanku sendiri walau sekejap mata!”. (Riwayat An-Nasa’i dalam `Amalul Yaum Wal Lailah no. 570, Al-Hakim, dinyatakan shahih ole beliau dan disepakati oleh Al-Imam Adz-Dzahabi [I/545], Lihat Shahih At-Targhib Wat-Tarhib [I/273]).

Buah beriman dengan nama Allah AL-AHAD dan AL-WAHID:

1). Mengimani nama Allah Al-Hayyu tentu akan membuat seorang hamba memurnikan atau mengikhlaskan ibadah hanya pada Allah dan tidak berbuat syirik pada-Nya, karena Dial ah yang Maha hidup, sedangkan yang lainnya akan mati sehingga yang akan mati atau sedang mati tidak mungkin untuk disembah, karena mereka sendiri tidak mampu berbuat dan bertindak.

2). Mengimani nama Allah Al-Hayyu tentu akan membuat seorang hamba menafikan sifat kematian atau kefanaan dan kehancuran bagi Allah, berbeda dengan makhluk yang mereka pasti mati (kecuali yang dikekalkan oleh Allah seperti Surga, Neraka dan lainnya yang Allah khususkan). Allah berfirman:

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ

وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ

Artinya: “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Tetapi Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan tetap kekal”. (Surat Ar-Rahman: 26-27).

3). Mengimani nama Allah Al-Qayyum tentu akan membuat seorang hamba memurnikan atau mengikhlaskan ibadah hanya pada Allah dan tidak berbuat syirik pada-Nya, karena Dial ah yang Maha Berdiri Sendiri Dalam Mengurus Makhluk-Nya, sedangkan yang lainnya adalah sosok yang lemah dan butuh kepada Allah. Allah berfirman:

وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا

Artinya: “Dan semua wajah tertunduk di hadapan Allah Yang Hidup dan Yang Berdiri Sendiri. Sungguh rugi orang yang melakukan kezaliman”. (Surat Tha Ha: 111).

|Kotaraya, Sulawesi Tengah. Ahad, 19 Syawal 1440 H/23 Juni 2019 M.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *