BERBANTAH-BANTAHAN

Ditulis Oleh: Mukhlisin Abu Uwais

Berdebat dengan membabi-buta atau pun tidak buta jika akan merusak hati, tidak menambah faidah namun justru menambah permusuhan maka mesti dijauhi.

Rasulullah bersabda: “sesungguhnya orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang paling keras berdebat dan suka bertengkar” (Bukhori no. 2457, Muslim no. 2668).

Kita-kah orang yang paling dibenci Allah tersebut??? Minta-lah fatwa dari hatimu.

Adapun berdebat dengan ahlul bid’ah, jika memang dibutuhkan maka tentu ada kaidahnya, ada ketentuannya, ada batasan-batasannya.

Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas –hafidzahullah- menulis: Jauhilah bertengkar dan debat kusir dalam berbagai masalah syari’at karena itu adalah cara-cara ahlul bid’ah, pelakunya tidak pernah memiliki pendapat yang tetap, setiap harinya ia memiliki pendapat yang baru.

Seorang penuntut ilmu niat belajar harus ikhlas karena Allah, bukan dengan niat untuk membantah orang, atau berdebat dan yang lainnya. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ لِيُبَاهِيَ بِهِ الْعُلَمَاءُ أَوْ يُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءُ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوْهَ النَّاسُ إِلَيْهِ أَدْخلَهُ الله جَهَنَّمَ

Artinya: “Barangsiapa yang mempelajari ilmu untuk berbangga-bangga di hadapan para ulama dan untuk berdebat dengan orang-orang bodoh serta mencari perhatian yang banyak, maka Allah akan memasukkannya ke dalam Neraka Jahannam”. (Hadits hasan: diriwayatkan oleh ibnu maajah (no. 260) dari abu hurairah radhiyallahu’anhu.

Khalifah ‘Umar bin abdul aziz (wafat tahun 101 H) rahimahullah mengatakan: “barangsiapa menjadikan agamanya sebagai tujuan untuk berbantah-bantahan, ia pasti banyak berpindah-pindah (tidak tetap padanya manhaj yang haq)”. (Diriwayatkan oleh al-ajurri dalam asy-syarii’ah (I/437, no. 116) dan Ibnu abdil barr dalam jaami’ bayaanil ‘ilmi wa fadhlihi (II/931, no. 1770).

Diriwayatkan dari ‘Amr bin qois al-mula’i (wafat 146 H) rahimahullah, ia berkata: “aku bertanya kepada al Hakam (yaitu ibnu ‘Utaibah (wafat th. 115)): “apakah yang menjerumuskan manusia ke dalam hawa nafsu?.” ia menjawab: “berbantah-bantahan”. (Diriwayatkan oleh al-ajurri dalam asy-syarii’ah (I/443, no. 124) dengan sanad shohih. Dinukil dari kirab thariiq ilal ‘ilmi (hal. 91-92). (Disalin Dari Buku MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA halaman 214-215. Karya Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas –hafidzahullah-).

|Kotaraya, Sulawesi Tengah, Jum’at 11 Al-Muharram 1435 H/15 November 2013 M.

(Artikel Ini Pernah Dimuat Dalam Akun Facebook Abu Uwais Musaddad Pada Status No. 0624).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *