FAEDAH AQIDAH AHLUSSUNNAH UNTUK PEMULA (Bagian Ke 3) PENYIMPANGAN AQIDAH DAN UPAYA PENCEGAHANNYA
Ditulis Oleh: Mukhlisin Abu Uwais
PENYIMPANGAN AQIDAH DAN UPAYA PENCEGAHANNYA
1). Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, yakni bertabiat condong kepada kebenaran, cinta terhadap kebaikan, benci terhadap keburukan, nalurinya meyakini keislaman dengan tunduk kepada Allah. Di dalam sebuah hadis qudsi Allah Ta’ala berfirman:
إِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمْ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوا بِي مَا لَمْ أُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا
Artinya: “Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hunafa’ (Islam) semuanya. Kemudian setan datang memalingkan mereka dari agama mereka, mengharamkan atas mereka apa yang Aku halalkan, dan memerintahkan mereka untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak Aku turunkan keterangan tentangnya”. (Riwayat Muslim no. 2865).
2). Keadaan bayi yang hidup di dunia ini tidaklah sendirian, banyak faktor-faktor luar yang mengintai untuk mempengaruhi jati diri mereka dan memalingkan mereka dari aqidah yang lurus.
3). Di antara sebab-sebab terjadinya penyimpangan aqidah yang wajib kita ketahui adalah sebagai berikut:
(1). PERAN ORANG TUA DALAM MEMBIMBING AGAMA ANAK-ANAKNYA
Orang tua mempunyai peranan yang wajib dalam meluruskan jalan hidup anak-anaknya. Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasalam- telah bersabda:
مَا مِنْ مَولُودٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلىَ الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Artinya: Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah (Di atas kecondongan kepada Islam, cinta pada kebenaran dan membenci kebathilan). Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (Riwayat Bukhari no. 1358, Muslim no. 2658).
Yang dimaksud adalah fitrah Islam berupa tauhid dan pengetahuan tentang Rabbnya. Artinya, apabila bayi itu dibiarkan berkembang dengan sendirinya (tanpa ada pengaruh apapun), niscaya ia akan memilih jalan iman. Karena memang ia tercipta di atas karakter yang siap untuk menerima syariat. Andaikan saja ia dibiarkan terus di atas fitrah tersebut, maka ia tetap akan berpegang padanya, ia tidak akan melepasnya dan tidak cenderung kepada yang lain.
Rasulullah –shallallahu `alaihi wa sallam- juga bersabda:
إِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِيْنِهِمْ
Artinya: Sesungguhnya Aku ciptakan hamba-hamba-Ku semuanya dalam keadaan lurus bertauhid (Islam), kemudian syetan mendatangi (menggoda)nya, lalu memalingkan mereka dari agamanya (supaya tersesat). (Riwayat Muslim no. 2875).
Orang tua harus siap untuk membentengi anaknya dari faktor-faktor luar yang dapat merusak nalurinya.
(2). KEJAHILAN TERHADAP AQIDAH YANG BENAR
Kejahilan ini disebabkan oleh tidak mau (enggan) mempelajari dan enggan mengajarkan aqidah yang benar, atau juga karena kurangnya perhatian terhadap hal tersebut. Sehingga tumbuhlah suatu generasi yang tidak mengenal ‘aqidah shahihah dan juga tidak mengetahui kebalikannya (‘aqidah bathilah). Akibatnya, mereka meyakini yang haq sebagai suatu kebathilan dan yang bathil dianggap sebagai sesuatu yang haq.
Hal ini seperti yang pernah dikatakan ‘Umar -radhiyallahu ‘anhu-:
إنَّمَا تُنْقَضُ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً إذَا نَشَأَ فِي الْإِسْلَامِ مَنْ لَمْ يَعْرِفْ الْجَاهِلِيَّةَ
Artinya: “Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu demi satu, manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh tanpa mengenal kejahiliyahan”. (Sumber: Majmu’ Al-Fatawa [X/300-302).
(3). FANATIK KEPADA SUAU KEYAQINAN YANG YANG DIWARISI DARI NENEK MOYANG
Allah Ta’ala berfirman mengisahkan tentang orang-orang yang menentang dakwah yang haq hanya karena mengikuti agama nenek moyang:
وَكَذَٰلِكَ مَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ فِي قَرۡيَةٖ مِّن نَّذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتۡرَفُوهَآ إِنَّا وَجَدۡنَآ ءَابَآءَنَا عَلَىٰٓ أُمَّةٖ وَإِنَّا عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِم مُّقۡتَدُونَ ٢٣
Artinya: “Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorangpun sebagai pemberi peringatan dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah (para pembesar) di negeri itu berkata: “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka”. (Surat Az-Zukhruf: 23).
Dan hujjah mereka ini dalam mengikuti nenek moyang telah terbantah oleh firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 170:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱتَّبِعُوا۟ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُوا۟ بَلْ نَتَّبِعُ مَآ أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَآ ۗ أَوَلَوْ كَانَ ءَابَآؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْـًٔا وَلَا يَهْتَدُونَ
Artinya: “Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah, mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”. (Surat Al-Baqarah: 170).
Keyakinan inilah yang merasuk dan tertanam dalam jiwa-jiwa kaum musyrikin dari dahulu hingga sekarang, sehingga mereka menentang dakwah para Nabi dan dakwah orang-orang yang mengikutinya.
(4). TAQLID BUTA
Taqlid (ikut-ikutan) secara buta (tanpa mengetahui ilmunya), yaitu dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah ‘aqidah tanpa mengetahui dalilnya dan tanpa meneliti seberapa jauh kebenarannya.
Allah Ta’ala mencela taklid dan mencela kaum musyrikin jahiliyah yang mengekor perbuatan nenek moyang mereka tanpa didasari ilmu. Allah Ta’alla berfirman:
بَلۡ قَالُوٓاْ إِنَّا وَجَدۡنَآ ءَابَآءَنَا عَلَىٰٓ أُمَّةٖ وَإِنَّا عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِم مُّهۡتَدُونَ ٢٢
Artinya: “Mereka berkata: “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka”. (Surat Az-Zukhruf: 22).
(5). BERLIBIHAN TERHADAP ORANG SHALIH
Sikap ghuluw (berlebihan) terhadap orang shalih adalah sebab paling awal yang menjerumuskan anak adam pada perbuatan syirik akbar. Sehingga, tidak selayaknya, kaum muslimin bermudah-mudahan dan tidak merasa khawatir terhadap perbuatan ini.
Di antara dalil yang melarang perbuatan ini adalah firman Allah:
وَقَالُواْ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمۡ وَلَا تَذَرُنَّ وَدّٗا وَلَا سُوَاعٗا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسۡرٗا ٢٣
Artinya:“Dan mereka (Kaum Nabi Nuh) berkata, “Jangan kamu sekali-kali meninggalkan sesembahan-sesembahan kamu dan (terutama) janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan berhala) Wadd, Suwa, Yaghuts, Ya’quq, maupun Nasr”. (Surat Nuh: 23).
(6). LALAI
Ghaflah (lalai) terhadap perenungan ayat-ayat Allah (tanda-tanda kekuasaan Allah) yang terhampar dan terbentang di jagat raya ini dan ayat-ayat Allah yang tertuang dalam Kitab-Nya) adalah sebab terjadinya penyimpangan ‘aqidah. Termasuk pula tarbuai dengan kemajuan teknologi dan kebudayaan, sampai-sampai mengira bahwa itu semua adalah hasil karya manusia semata, sehingga mereka mengagung-agungkan manusia serta menisbatkan dan menyandarkan seluruh kemajuan ini kepada jerih payah dan penemuan manusia semata. Hal demikian seperti kesombongan Qarun yang mengatakan:
قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُۥ عَلَىٰ عِلۡمٍ عِندِيٓۚ …… ٧٨
Artinya: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. (Surat Al-Qashash: 78).
4). Di antara solusi terhadap terjadinya penyimpangan aqidah adalah sebagai berikut:
(1). Kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasalam- yang shahihah untuk mengambil aqidah shahihah dengan mengikuti pemahaman salafush-sholih di dalamnya.
(2). Memberi perhatian lebih pada pengajaran ‘aqidah shahihah di berbagai jenjang pendidikan.
(3). Harus menggunakan kitab-kitab salaf yang bersih sebagai materi pelajaran, sedangkan kitab-kitab golongan yang menyimpang harus dijauhkan.
(4). Menyebarkan para Da’i yang meluruskan aqidah umat Islam dengan mengajarkan aqidah salaf serta menjawab dan menolak seluruh aqidah bathil.
Inilah sedikit penjelasan tentang penyimpangan aqidah dan solusinya, semoga Allah membimbing kita di atas jalan yang lurus.
|Kotaraya, Sulawesi Tengah. Jum`at 06 Al-Muharram 1444 H/ 04 Agustusr 2022 M.
Silahkan Dukung Dakwah Pesantren Minhajussunnah Al-Islamiy Desa Kotaraya Sulawesi Tengah Dengan Menjadi DONATUR.
REKENING DONASI: BRI. KCP. KOTARAYA 1076-0100-2269-535 a.n. PONPES MINHAJUSSUNNAH KOTARAYA, Konfirmasi ke nomer HP/WA 085291926000
PROPOSAL SINGKAT DI http://minhajussunnah.or.id/santri/proposal-singkat-program-dakwah-dan-pesantren-minhajussunnah-al-islamiy-kotaraya-sulawesi-tengah/