TAFSIR AS-SA`DIY (6) JALANNYA SHAHABAT NABI

Ditulis Oleh: Mukhlisin Abu Uwais

Allah `Azza wa Jalla berfirman:

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

Artinya: “Dan barang siapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalannya orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam neraka Jahanam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali”. (Surat An-Nisaa’: 115).

Asy-Syaikh `Abdurrahman bin Nashir As-Sa`diy –rahimahullah- berkata: “Maksudnya, barangsiapa yang menyelisihi Rasulullah –shallallahu `alaihi wa sallam- dan membangkang terhadap apa yang dibawa olehnya, “sesudah jelas kebenaran baginya” dengan dalil-dalil Al-Qur’an dan penjelasan As-Sunnah. “dan mengikuti jalan yang bukan jalannya orang-orang mukmin”, makna jalan mereka (orang-orang mukmin) adalah cara mereka dalam beraqidah dan beramal. “Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu” maknanya yakni Kami membiarkannya dengan apa yang dipilih untuk dirinya dan Kami menghinakannya, Kami tidak membimbingnya kepada kebaikan, karena ia telah menyaksikan kebenaran dan mengetahuinya namun tidak mengikutinya, maka balasan baginya dari Allah adalah sebuah keadilan yaitu membiarkannya tetap dalam kesesatannya dengan kondisi bingung hingga kesesatannya bertambah di atas kesesatan, sebagaimana Allah berfirman:

فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ

Artinya: “Maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka, …”. (Surat Ash-Shaff: 5). (Lihat Taisiir Al-Kariimir-rahmaan Fii Tafsiir Kalaamil Mannaan, Hal. 202, Cet. Maktabah An-Nubalaa’. Karya Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa`diy).

CATATAN:
1). Ayat “mengikuti jalan yang bukan jalannya orang-orang mukmin”. Yang dimaksud dengan orang-orang yang beriman adalah para Shahabat Nabi, karena saat itu tidak ada yang beriman kecuali mereka. Maka barangsiapa yang enggan mengikuti jalannya Shahabat Nabi niscaya Allah biarkan ia tersesat, dan itulah keadilan Allah untuk mereka.

2). Ayat di atas (surat An-Nisaa’ Ayat 115) menunjukkan bahwasannya mengikuti jalannya para Shahabat dalam memahami syari`at adalah wajib dan menyalahinya adalah kesesatan. (Lihat Bashaa’ir Dzawii Syaraf bi Syarah Marwiyyati Manhajis Salaf, hal. 54. Lihat Mulia Dengan Manhaj Salaf, Hal. 68 Karya Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas).

3). Janganlah kita menjadi hamba yang tanpa sadar telah menentang Allah dan Rasul-Nya, disebabkan karena enggan mengikuti para Shahabat dalam beragama. Menentang Rasul tidaklah semata-mata dimaknai menolak perintahnya secara terang-terangan saja, namun lebih dari itu bahkan mengikuti jalan selain jalannya para Shahabat juga bagian dari bentuk penentangan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Karena Allah berfirman:

وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ

Artinya:: “dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku..”. (Surat Luqman: 15).

Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –rahimahullah-: “kaum mukminin salafush-shalih adalah ORANG-ORANG YANG KEMBALI KEPADA ALLAH, maka WAJIB mengikuti jalan (manhaj) mereka”. (Lihat Majmu` Fatawa [XX/500]).

Dan karena Rasulullah –shallallahu`alaihi wa sallam- bersabda:

خُذُوا طَرِيقَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ

Artinya: “ikutilah jalan orang-orang sebelum kalian…!”. (Riwayat Al-Buukhari no. 7282).

|Kotaraya, Sulawesi Tengah. Senin, 01 Jumaadal Uula 1440 H/07 Januari 2019 M.

(Artikel Ini Pernah Dimuat Dalam Akun Facebook Abu Uwais Musaddad Pada Status No. 1203).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *