SILAHKAN KAYA, NAMUN TETAPLAH BERTAQWA

Ditulis Oleh: Mukhlisin Abu Uwais

Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ

Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi orang yang bertakwa itu lebih baik dari pada kekayaan. Dan hati yang bahagia adalah bagian dari nikmat.” (riwayat Ibnu Majah no. 2141).

Bahkan Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

نِعْمَ الْـمَالُ الصَّالِحُ لِلرَّجُلِ الصَّالِحِ

Artinya: “Harta terbaik adalah yang di bawah kepemilikan laki-laki yang salih”. (riwayat Ahmad dalam Musnad dengan sanad hasan, juz 4, hadits no. 197 dan 202).

Semoga Allah merahmati kita, sebenarnya, Hati yang bahagi adalah ketika bahagia karena tidak silau dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Bukan murni karena kekayaan harta.

Dari Abu Hurairah ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

Artinya: ”Yang disebut dengan kaya bukanlah dengan memiliki banyak harta, akan tetapi yang digelari kaya adalah hati yang selalu merasa cukup sudah.” (riwayat Bukhari no. 6446, Muslim no. 1051).

Orang yang kaya adalah yang senantiasa merasa cukup, tidak selalu memandang silau orang-orang yang berada di atasnya dalam perkara dunia lalu tamak ingin seperti mereka.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ؛ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ

Artinya: “Lihatlah pada orang yang berada di bawah kalian dan janganlah melihat orang yang berada di atas kalian. Yang demikian itu lebih pantas bagimu (lebih pantas untuk engkau berakhlak seperti yang demikian itu) sehingga engkau tidak meremahkan nikmat Allah.” (riwayat Muslim no. 2963).

Tidak mengapa seseorang kaya dalam perkara harta……
Tapi ingat!!!!!,
Jadilah orang kaya yang bertaqwa.

Dalam hal ini banyak yang gagal -sepertinya-, kebanyakan semakin kaya malah semakin tak bermoral, baik kepada Rabb-nya apatah lagi kepada sesamanya.

Silahkan kaya, tapi bertaqwalah kepada Allah dengan kekayaan kita. Berani kaya mestinya berani bertaqwa, bukan malah berani menghambur-hamburkan harta tanpa alasan agama.

|Kotaraya, Sulawesi Tengah, Sabtu 09 Dzulhijjah 1435 H/04 Oktober 2014 M.

(Artikel Ini Pernah Dimuat Dalam Akun Facebook Abu Uwais Musaddad Pada Status No. 0788).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *