FAEDAH ASMA’UL HUSNA (Bagian 15-16) NAMA ALLAH AL-AHAD DAN AL-WAHID

Ditulis Oleh: Mukhlisin Abu Uwais

Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin  Al-`Abbad mengatakan: “Nama Allah AL-AHAD hanya disebutkan pada satu ayat dalam Al-Qur’an, yaitu surat Al-Ikhlas:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (١) اللَّهُ الصَّمَدُ (٢) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (٣) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (٤

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia”. (Surat Al-Ikhlas: 1-4). (Lihat kitab Fiqhul Asma-il Husna, hal. 107. Karya Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad).

Asy-Syaikh `Abdurrahman bin Nashir As-Sa`diy –rahimahullah- berkata: “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Yakni kemahaesaan itu hanaya terbatas pada Allah. Dia lah Yang Maha Esa, Yang tersendiri dengan kesempurnaan, hanya bagi-Nya nama-nama yang indah, sifat-sifat yang sempurna dan pebuatan-perbuatan yang suci yang tidak ada tandingan bagi-Nya”. (Lihat Taisiir Al-Kariimir-rahmaan Fii Tafsiir Kalaamil Mannaan, Hal. 937, Cet. Maktabah An-Nubalaa’. Karya Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa`diy).

Surat Al-Ikhlash ini merupakan surat yang sangat mulia, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Nabi -shallallahu `alaihi wa sallam- bahwa membaca surat Al-Ikhlash keutamaannya setara dengan membaca sepertiga Al-Qur’an karena di dalamnya terdapat penjelasan khusus tentang nama-nama Allah yang maha Mulia dan sifat-sifat-Nya yang maha Agung.

Diriwayatkan dari Abu Ad-Darda’ -radhiyallahu `anhu-, ia berkata:

عَنِ النَّبِيِّ قَالَ: أَيَـعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ فِي لَيْلَةٍ ثُلُثَ القُرْآنِ؟، قَالُوْا: وَكَيْفَ يَقْرَأُ ثُلُثَ القُرْآنِ؟ قَالَ: قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ تَعْدِلُ ثُلُثَ القُرْآنِ

Artinya: “Dari Nabi -shallallahu `alaihi wa sallam- beliau bersabda: “Apakah seseorang dari kalian tidak mampu membaca dalam satu malam sepertiga Al-Qur’an?. Mereka pun menjawab: “Dan siapa (di antara kami) yang mampu membaca sepertiga Al-Qur’an (dalam satu malam)?. Rasulullah -shallallahu `alaihi wa sallam- bersabda: QUL HUWALLAHU AHAD sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an”. (Riwayat Muslim no. 811).

Adapun nama Al-Wahid, nama ini telah Allah sebutkan berulang kali di beberapa tempat dalam Al-Qur’an, diantaranya firman Allah Ta`ala:

وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ

Artinya: “Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Mahaesa; tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. (Surat Al-Baqarah: 163).

Asy-Syaikh `Abdurrahman bin Nashir As-Sa`diy –rahimahullah- berkata: “Yakni Dia Maha Esa baik pada diri-Nya, nama-Nya, sifat-Nya dan perbuatan-Nya. Tidak ada sekutu dalam diri-Nya, tidak ada yang sebanding atau sama dengan-Nya dan tidak ada pencipta dan pengatur selain-Nya. Oleh karena itu, Dialah yang berhak diibadahi dan ditujukan berbagai bentuk ibadah serta tidak boleh disekutukan dengan sesuatu apa pun dari makhluk-Nya”. (Lihat Taisiir Al-Kariimir-rahmaan Fii Tafsiir Kalaamil Mannaan, Hal. 78, Cet. Maktabah An-Nubalaa’. Karya Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa`diy).

Syaikh DR. Muhammad Hamud An Najdi Hafizhahullah mengatakan: “Perbedaan antara AL-WAHID dan AL-AHAD, sesungguhnya AL-WAHID adalah sesuatu yang tunggal secara dzatnya memang hanya SATU dan tidak disusun dari selainnya. Sedangkan AL-AHAD adalah tunggal yang bermakna (dialah satu-satunya) tidak ada satu pun yang ikut bekerjasama dengannya”. (Lihat An–Nahju Al-Asma’ fi Syarh Asma’ Allah Al-Husna, hal. 370 (secara ringkas) terbitan Maktabah Al-Imam Adz-Dzhabiy).

Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin  Al-`Abbad mengatakan: Dua nama Allah `Azza wa Jalla ini menunjukkan ke-Esaan-Nya. Maksudnya hanya Allah -Subhanahu wa Ta`ala- sajalah yang memiliki sifat kemuliaan, keagungan ,kebesaran dan keindahan. Allah Maha Esa dalam diri-Nya, Tidak ada yang mirip dengan-Nya dan tidak ada sifat yang menyerupai sifat-Nya. Tidak ada sekutu dan pembantu dalam perbuatan-perbuatan-Nya. Allah `Azza wa Jalla satu-satunya sesembahan yang berhak untuk diibadahi, tidak boleh dipersekutukan dalam hal cinta dan pengagungan. Sikap merendahkan diri dan tunduk itu hanyalah boleh diperuntukkan kepada-Nya saja. Dialah Allah `Azza wa Jalla , Dzat yang agung sifat-Nya, sehingga hanya Allah -Subhanahu wa Ta’ala- sendirilah yang layak untuk menyandang segala kesempurnaan. Tidak ada satu maklukpun yang mengetahui sifat Allah `Azza wa Jalla atau sebagian dari sifat-Nya dengan mampu sempurna. Dengan demikian bagaimana mungkin seseorang akan dapat menyerupai sebagian dari sifat-Nya? (Lihat kitab Fiqhul Asma-il Husna, hal. 107. Karya Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad).

Allah menyebutkan tentang namanya AL-WAHID dalam beberapa seruan, terkadang tentang ajakan berserah diri kepada Allah (Lihat Surat Al-Hajj: 34), terkadang tentang keagungan dan kekuuasaan-Nya serta ketundukan makhluk kepada-Nya (Lihat Surat Al-Mukmin: 16, Surat Ibrahim: 48). Di sisi lain Allah juga menyebut nama AL-WAHID dalam bentuk menolak keyakinan trinitas, sebagaimana Allah berfirman:

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلا الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلا تَقُولُوا ثَلاثَةٌ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلا

Artinya: “Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan, “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Mahasuci Allah dari (anggapan) mempunyai anak, Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Cukuplah Allah sebagai saksinya”. (Surat An-Nisa’: 171).

Kalimat Wahai Ahli Kitab: yakni orang-orang Nasrani. Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu: Maksudnya melewati batas atau ukuran yang disyari’atkan kepada yang tidak disyari’atkan. Misalnya mengangkat Nabi Isa ‘alaihis salam melebihi kedudukannya sebagai hamba, nabi dan rasul dengan menjadikannya sebagai tuhan. Demikian juga kita dilarang meremehkan nabi sebagaimana dilarang pula berlebihan atau melampaui batas terhadapnya.

dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar: Dalam ayat ini terdapat larangan berdusta atas nama Allah, berkata tentang Allah tanpa ilmu baik terhadap nama-Nya, sifat-Nya, perbuatan-Nya, syari’at-Nya dan para rasul-Nya, serta memerintahkan berkata yang hak dalam semua itu. Hal ini adalah kaidah umum, namun karena ayat ini membicarakan tentang Nabi Isa `alaihis salam, maka berkata yang hak terhadap Allah dalam ayat ini adalah dengan menyucikan-Nya dari adanya sekutu, istri atau pun anak.

Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya: Maksud kalimat yaitu kun (jadilah), sehingga Nabi Isa ‘alaihis salam diciptakan tanpa bapak.

yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya: Yakni di antara ruh-ruh yang diciptakan-Nya. Disebut tiupan dari Allah karena tiupan itu berasal dari perintah Allah. Disandarkan kepada-Nya adalah sebagai pemuliaan baginya sebagaimana pada kata “kalimatuhu” (kalimat-Nya).

Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan, “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu): Dan beralihlah kepada Tauhid, yakni menyatakan Allah Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.

(Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa: Yang satu-satunya berhak diibadahi.

Mahasuci Allah dari (anggapan) mempunyai anak, Milik-Nyalah: Yakni makhluk-Nya, milik-Nya dan hamba-Nya.

Allah juga berfirman:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Artinya: “Sungguh, telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga, padahal tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih”. (Surat Al-Maidah: 73).

Seperti yang diyakini oleh sebagian orang-orang Nasrani, bahwa tuhan itu tiga; Allah, Maryam dan Isa (trinitas). Mahasuci Allah dari keyakinan rusak ini.

Buah beriman dengan nama Allah AL-AHAD dan AL-WAHID:

1). Menafikan Allah -Subhanahu wa Ta’ala- dari sifat kekurangan dan aib, karena Allah Yang Ahad berarti hanya Allah sendiri yang memiliki sifat kesempurnaan, hanya Allah sendiri yang memiliki sifat keagungan, hanya Allah sendiri yang memiliki sifat kemuliaan bahkan hanya Allah sendiri yang memiliki sifat ketuhanan.

2). Mengesakan ibadah kepada Allah saja dan ikhlas kepada-Nya. Karena Allah itu esa (sendiri) dalam mencipta, sendiri dalam memberi rezeki, sendiri dalam memberi segala nikmat, sendiri dalam menghalangi, sampai pun sendiri pada mematikan, maka hanya Allah semata yang patut diibadahi dan diagungkankan.

3). Memuliakan Allah dengan benar. Tidak seperti orang-orang musyrik dan seluruh ajaran menyimpang lainnya yang tidak memuliakan Allah dengan benar, yang malah membuat sekutu bagi Allah dalam berbuat syirik.

4). membatalkan segala bentuk takyif (pertanyaan tentang bagaimana) yang akan memicu penggambaran tentang bagaimanakah Allah. Maka ketika seseorang meyakini bahwa Allah itu Esa, ia akan beriman bahwa tidak ada yang semisal dengan-Nya sehingga tidak perlu bertanya bagaimana penggambarannya.

5). Meniadakan Allah dari yang semisal dengan-Nya, yang setara dengan-Nya. Karena tidak ada yang sama dengan-Nya. Sebagaimana firman Allah:

هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا

Artinya: “Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?”. (Surat Maryam: 65).

|Kotaraya – Palu – Sulawesi Tengah. Jum`at 10 Sywal 1440 H/ 14 Juni 2019 M.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *