FAEDAH ASMA’UL HUSNA (Bagian 1) NAMA ALLAH -JALLA JALAALUH-

Ditulis Oleh: Mukhlisin Abu Uwais

“Allah” adalah nama untuk diri Allah ‘Azza wa Jalla. Tidak ada yang memiliki nama tersebut selain Dia. Lafal “Allah” berasal dari tashrif:

 أَلِهَ-يَأْلَهُ-أُلُوْهَةٌ-إِلاَهَةٌ-أُلُوْهِيَّةٌ

Selanjutnya, إِلاَهَةٌ (Ilahah) bemakna المألوه (Al-Ma’luh), sedangkan المألوه (Al-Ma’luh) bermakna المعبود (Al-Ma’bud), yaitu yang disembah beriring rasa cinta dan pengagungan. Ringkasnya, Allah = Al-Ilah (sesembahan) = Al-Ma’luh (yang disembah) = Al-Ma’bud (yang diibadahi).

Asy-Syaikh Abdurrazaq menjelaskan: Nama yang pertama kali kita baca dalam Asmaa’ul Husna adalah nama Allah. Ini lah nama yang menurut ulama` sebagai nama Alah yang paling agung. Yaitu nama yang jika dipanjatkan do`a kepada-Nya dengan menyebut nama itu nicaya Dia pasti mengabulkan. Jika diminta pasti memberikan, nama Allah “Allah Jalla Jalaaluh” ini memiliki karakterisktik dan kelebih khusus.

Salah satu karakterisktik nama Allah adalah:

1). Sebagai pokok asal dari seluruh Asma’ul Husna.

Seluruh nama-nama Allah (seluruhnya) selalu disandarkan dan sifatkan menuju nama ini. Allah berfirman:

وَلِلَّهِ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Artinya: “Dan Allah memiliki Asmaa-ul Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaa-ul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. (Surat Al-A`raf: 180).

اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ لَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى

Artinya: “(Dialah) Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia, yang mempunyai nama-nama yang terbaik”. (Surat Thaha: 8).

هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ

هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ

هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Artinya: “Dialah Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia. Mengetahui yang gaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dialah Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia. Maha Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Memberikan keamanan, Yang Maha Mengawasi, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang memiliki segala keagungan. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Dia memiliki nama-nama yang indah. Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana”. (Surat Al-Hasyr: 22-24).

Selalu disebutkan bahwa Ar-Rahman, Ar-Rahim, Al-Khaliq, Ar-Razzaq, Al-`Aziiz, dan Al-Hakim adalah nama-nama Allah. Namu  tidak pernah (disebutkan kebalikannya) dengan mengatakan Allah merupakan nama dari Ar-Rahman, tidak pula dikatakan Alllah adalah nama dari Ar-Rahim, tidak pula dikatakan bahwa Allah adalah nama dari Al-`Aziiz (yang ada adalah bahwa Ar-Rahman, Ar-Rahim, Al-Khaliq, Ar-Razzaq, Al-`Aziiz adalah nama dari nama-nama Allahpent.).

2). Makna dari nama “Allah” berkonsekuensi pada seluruh makna Asma’ul Husna dan menunjukkan makna-makna tersebut secara umum. Nama-nama Allah yang indah semua itu menjelaskan tentang sifat ilahiyyah (sifat Allah yang berhak diibadahi) yang itu merupakan sifat mulia, sempurna dan agung bagi Allah.

3). Tidak dihilangkannya huruf alif lam, pada nama الله ketika didahului oleh huruf panggilan.

Contohnya يا الله  huruf alif lam di sini seperti bagian dari unsur nama yang tak terpisahkan. Berbeda dengan nama-nama Allah yang lain dari asma’ul husna, ketika didahului oleh huruf panggilan maka huruf alif lam yang menyertainya harus dihilangkan. Sehingga tidak benar menyebut يا الرحمن، يا الرحيم، يا الخالق

namun yang benar adalah يا رحمن، يا رحيم، يا خالق

4). Nama Allah ini selalu disesbut dalam dzikir-dzikir yang ma’tsur (yang berasal dari Al-Qur’an dan As-Sunnah).

Dzikir Tahlil: Laa ilaaha illallahi

Dzikir Tahmid: Alhamdulillah

Dzikir Tasbih: Subhaanalllahi

Dzikir Hauqalah: Laa haula wa laa quwwata illa billah

Dzikir Hasbalah: Hasbiyallahu wa ni`mal wakiil

Dzikir Istirja’: Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji`uun

Dzikir Bismillah: Bismillah

5). Nama Allah ini merupakan satu-satunya nama dari Asma’ul Husna yang paling banyak disebutkan di dalam Al-Qur’an.

Nama Allah di dalam Al-Qur’an disebutkan lebihh dari 2200 kali. Penyebutan sebanyak ini tidak terjadi pada nama selain nama Allah. Bahkan sebanyak 33 ayat pembuka surah dalam Al-Qur’an di dalamnya terdapat nama Allah. (Lihat Fiqhul Asmaa’il Husna, hal. 74-76. Karya Asy-Syaikh Abdurrazaq binn Abdul Muhsin Al-Badr. Dengan Ringkas).

FAIDAH DARI PEMBAHASAN INI:

1). Arti dari nama Allah ini berasal dari kata “Al-Ilaah”, yang bermakna “yang pantas disembah”.

Kata Al-Ilah merupakan salah satu dari “Asma’u Husna” sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an. Allah berfirman:

وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ

Artinya: “Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Mahaesa; tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. (Surat Al-Baqarah: 163).

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Artinya: “padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan”. (Surat At-Taubah: 31).

قُلْ إِنَّمَا يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Sungguh, apa yang diwahyukan kepadaku ialah bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa, maka apakah kamu telah berserah diri (kepada-Nya)”. (Surat Al-Anbiya: 108).

2). Hamba-hamba Allah hanya pantas menyembah dan menuhankan Allah.

Allah berfirman:

وَهُوَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ إِلَهٌ وَفِي الأرْضِ إِلَهٌ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ

Artinya: “Dan Dialah Tuhan (yang disembah) di langit dan Tuhan (yang disembah) di bumi, dan Dialah Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahu”. (Surat Az-Zukhruf: 84).

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa`diy menjelaskan dalam tafsirnya: Maksud ayat ini adalah Allah -Subhaanahu wa Ta`aala- memberitahukan bahwa Dia saja yang berhak disembah baik di langit maupun di bumi. Oleh karena itu, penghuni langit semuanya dan penduduk bumi yang beriman mereka akan beribadah kepada-Nya, mengagungkan-Nya, dan tunduk kepada kebesaran-Nya. Allah -Subhaanahu wa Ta’aala- berfirman:

وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَظِلالُهُمْ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ

Artinya: “Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari”. (Surat Ar Ra’d: 15). (Lihat Kitab Taisiirul Kariimir-Rahmaan Fi Tafsiiri Kalaamil Mannaan, Hal. 770-771 Cet. Maktabah An-Nubalaa. Karya Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa`diy.

3). Ketahuilah! Semoga Allah merahmati kita, di antara manfaat mengimani nama Allah “Allah” adalah sebagai berikut:

1). Hati menjadi tenang, dan sungguh ibadah yang ditujukan bukan untuk Allah maka tidak kaan pernah melahirkan ketenangan, karena hati adalah milik Allah, dan ia hanya akan tenang tatkala beribadah bertaqarrab mendekatkan diri kepada pemiliknya.

2). Tidak beribadah semaunya atau kepada siapa saja.

3). Berjuang memurnikan ibadah hanya untuk Allah saja.

4). Selalu berusaha menjauhi kesyirikan dan para pelakunya.

5). Semakin meyakini keagungan Allah Ta`ala.

6). Semakin tawadhu` akan kerendahan dan kehinaan diri ini sebagai seorang hamba yang harus tunduk dan patuh kepada Allah.

Semoga bermanfaat.

|Kotaraya, Sulawesi Tengah. Jum`at, 13 Dzulqa`dah 1439 H/27 Juli 2018 M.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *