TAFSIR AS-SA`DIY (4) MEMBISU DARI KEMUNGKARAN

Ditulis Oleh: Mukhlisin Abu Uwais

Allah berfirman:

كَانُوا لا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ

Artinya: “Mereka satu sama lain tidak saling mencegah perbuatan munkar yang selalu mereka kerjakan. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat”. (Surat Al-Maidah: 79).

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa`diy menjelaskan: “Mereka melakukan kemungkaran tetapi sebagian dari mereka tidak melarang sebagian yang lainnya, maka pelaku dan juga yang lainnya yang mendiamkan kemungkaran adalah dianggap bersekutu (kompak), meskipun sebenarnya ia punya kemampuan untuk mengingkarinya hanya saja dia enggan mengingkari.

Hal ini menunjukkan bahwa mereka menganggap remeh terhadap perintah Allah dan menganggap sepele perbuatan maksiat kepada Allah. Sekiranya mereka memiliki rasa ta’zhim (pengagungan) kepada Allah, tentu mereka akan cemburu karena larangan-Nya dikerjakan, dan mereka akan marah karena-Nya.

Dan sesungguhnya mendiamkan kemungkaran padahal dia mampu untuk mengingkarinya maka itu bisa mengundang hadirnya adzab, disebabkan perkara tersebut mengandung dampak keburukan yang sangat besar, di antaranya:

1. Mendiamkan kemungkaran itu sendiri merupakan kemaksiatan, meskipun dia tidak mengerjakannya secara langsung. Sebagaimana kemaksiatan harus dijauhi, maka pengingkaran terhadap kemaksiatan juga harus diilakukan.

2. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa hal itu menunjukkan sikap meremehkan kemaksiatan dan tidak memiliki rasa risih terhadapnya.

3. Membuat pelaku maksiat dan kefasikan semakin berani melakukan banyak maksiat jika mereka belum jera darinya, sehingga keburukan meningkat, mushibah dunia dan agama menjadi besar. Para pelaku kemaksiata itu merajalela berkuasa, lalu setelah itu para pengikut kebaikan melemah dalam melawan para pengikut kemaksiatan, akhirnya apa yang dahulu mereka mampu lakukan sekarang mereka tak lagi berdaya dan memiliki kekuatan untuk melawan.

4. Meninggalkan pengingkaran (tidak mengingkari) terhadap suatu kemungkaran dapat membuat ilmu agama menjadi hilang dan kebodohan mewabah di mana-mana. Hal itu, karena maksiat jika berulang kali dilakukan dan tidak diingkari oleh para pemilik ilmu dan pemuka agama niscaya akan mengakibatkan persangkaan bahwa yang demikian bukanlah kemaksiatan, bahkan orang yang tidak tahu bisa mengiranya sebagai perkara kebaikan, padahal kerusakan apa yang lebih besar daripada anggapan halal terhadap apa yang diharamkan Allah? Kebenaran menjadi jungkir balik dan yang haq terlihat sebagai suatu kebathilan.

5. Mendiamkan kemaksiatan bisa menghiasi kemaksiatan itu menjadi tampak indah di hati manusia, lalu sebagian orang meneladani sebagian yang lain. Manusia itu cenderung meniru orang yang seperti dirinya dari kaumnya”.

(Lihat Taisiir Al-Kariimir-rahmaan Fii Tafsiir Kalaamil Mannaan, Hal. 241, Cetakan Maktabah An-Nubalaa’. Karya Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa`diy.

|Kotaraya. Sulawesi Tengah. Rabu 12 Dzulqa`da 1439 H/25 Juli 2018 M.

(Artikel Ini Pernah Dimuat Dalam Akun Facebook Abu Uwais Musaddad Pada Status No. 1188).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *