GAUL SYAR`I DAN ASYIK (Bagian 2)

Ditulis Oleh: Mukhlisin Abu Uwais

Setelah kita mempelajari point 1-4 pada pembahasan sebelumnya tentang etika bergaul yang bener, yang tidak menciderai norma-norma keislaman serta yang akan membuahkan persaudaraan sesama muslim. Berikut adalah lanjutan dari apa yang sedang kita bahas, semoga ada manfaatnya:

5. Menepati janji.

Mengingkari janji merupakan bagian dari karakter kaum munafiqin. Sebaliknya, menepati janji termasuk sifat kaum mukminin. Begitu pula pribadi yang melekat pada diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau ialah seorang yang benar dengan janjinya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah berjanji, melainkan pasti menepatinya.
Rasulullah –shallallahu`alaihi wa sallam- bersabda:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ : إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخَْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Artinya: “Tanda orang munafik ada tiga; jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, jika dipercaya ia berkhianat”. (HR. Al-Bukhari no. 33; Muslim, no. 59).

6. Berjumpa dengan wajah yang berseri (kepada sesama jenis).

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Sudah seharusnya seseorang menemui saudaranya dengan wajah yang berseri, perkataan yang baik agar mendapat pahala, cinta, dan persahabatan; serta menjauhi sikap takabur, merasa tinggi di atas para hamba Allah”. (Syarh Riyadhush Shalihin 4/61).
Rasulullah –shallallahu`alaihi wa sallam- bersabda:

لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

Artinya: “Jangan kauremehkan satu kebaikan pun walau sekadar menjumpai saudaramu dengan wajah berseri”. (Riwayat Muslim no. 2626).

7. Berkata yang baik atau diam.

Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata: “Apabila seseorang ingin berbicara, hendaknya dia berpikir terlebih dahulu. Apabila tampak bahwa apa yang hendak dia bicarakan itu tidak memiliki dampak buruk, silakan dia berbicara. Namun, jika ada dampak buruk, atau dia ragu-ragu, janganlah dia berbicara”. (Syarh al-Arba’in al-Imam an-Nawawi hlm. 249).
Rasulullah –shallallahu`alaihi wa sallam- bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam”. (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim).

8. Mendengarkan orang yang berbicara kepada kita.

Termasuk etika yang kian terkisis di jaman now adalah masalah ini (mendengarkan orang yang berbicara kepada kita), yaitu ketika pemuda sibuk dengan hapenya saat sedang diajak berbicara, apalagi bila yang mengajak berbicara adalah kedua orang tuanya, atau gurunya, maka ini termasuk tindakan durhaka yang dilakukan dengan sengaja di depan mata –lagi-.

Ibnu ‘Abbas pernah berkata: “Orang yang duduk kepadaku memiliki tiga hak atasku yang harus akau tunaikan: aku memandangnya apabila menghadapnya, melapangkan tempat baginya apabila dia duduk, dan mendengarkannya apabila dia berbicara”. (‘Uyunul Akhbar 1/307).

|Selesai Ditulis Menjelang Shubuh Waktu Kotaraya, Sulawesi Tengah. Sabtu 13 Rajab 1439 H/31 Maret 2018 M.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *