PECINTA DUNIA SELALU DALAM KESEDIHAN

Ditulis Oleh: Mukhlisin Abu Uwais

Kecintaan kepada dunia, bisa mencerai-beraikan agama seseorang, sebagaimana sabda Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-:

مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَـهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ جَمَعَ اللهُ لَهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِـيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَـتْهُ الدُّنْـيَا وَهِـيَ رَاغِمَـةٌ  

Artinya: “Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran terbayang-bayang di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia hanya sebatas menurut apa yang telah ditaqdirkan baginya. Dan barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah Azza wa Jalla akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan merengek hina”. (Riwayat Ahmad [V/183], Ibnu Majah no. 4105, Ibnu Hibban no. 72, Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 950).

Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas Menulis: Pecinta dunia adalah orang yang paling banyak disiksa karena dunia, dia disiksa pada tiga keadaan. Ia disiksa di dunia berupa usaha, kerja keras untuk mendapatkannya, dan PEREBUTAN dengan sesama pecinta dunia. Dia disiksa di alam Barzakh (kubur), dan disiksa pada hari kiamat.

Penggila harta dan pecinta dunia yang lebih mengutamakan dunia dari pada akhirat adalah orang yang paling bodoh dan paling idiot. Sebab ia lebih mengutamakan khayalan daripada kenyataan, lebih mengutamakan tidur daripada terjaga, lebih mengutamakan bayang-bayang yang segera hilang daripada kenikmatan yang kekal, lebih mengutamakan rumah yang segera binasa dan menukar kehidupan yang abadi yang nyaman dengan kehidupan yang tidak lebih dari sekedar MIMPI atau bayang-bayang yang segera hilang. Sesungguhnya orang yang cerdas tidak akan tertipu dengan hal-hal semacam ini. (Lihat `Iddatush-shaabiriin Wa Dzakhiiratusy-syaakiriin. Hlm. 350-356 Karya Ibnul Qayyim, Ta`liiq Syaikh Salim Al-Hilali).

[Disalin dari buku WAKTUMU, DIHABISKAN UNTUK APA??? Hal. 82 Karya Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas].

|Kotaraya, Sulawesi Tengah. Selasa 4 Dzulhijjah 1437 H/06 September 2016 M.

(Artikel Ini Pernah Dimuat Dalam Akun Facebook Abu Uwais Musaddad Pada Status No. 1079).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *