GAGAL BAHAGIA PADAHAL SERBA ADA

Ditulis Oleh: Mukhlisin Abu Uwais

Entah sudah berapa banyak orang-orang kaya (harta) yang mengadukan tentang kegelisahan hidupnya, terakhir beberapa hari yang lalu seseorang menyebutkan tentang kehidupannya yang dia anggap sudah melimpah ruah. Apa yang saya inginkan sudah tercapai, ya rumah, ya kendaraan, ya uang, dan kebutuhan-kebutauhan lainnya bisa dibeli tanpa harus menunggu hari, ungkapnya dengan raut sedih.

Sosok laian, yang datang sebelum-sebelumnya pun sama, bukan hanya berlimpah pada apa yang ada di sekitarnya, bahkan cabang dari usahanya di berbagai belahan tempat pun ada, namun mengadukan bahwa hidupnya tak tenang, gelisahnya tak padam, tidurnya tak terpejam, malamnya hanya arena begadang.

Kisah-kisah seperti ini tatkala saya kisahkan kepada mereka yang sempit ekonami ternyata mereka hampir tak percaya, mereka terkaget dengan melepas kata: masak? banyak uang tapi gak tenang???

Nasehat saya untuk mereka-mereka yang mengharapkan kebahagiaan namun mengalami kegagalan walau telah belimpah kekayaan:
1. Sarana yang paling utama dan paling mendasar dalam meraih kebahagiaan bukanlah harta, namun adalah beriman kepada Allah dan beramal Shaleh. Allah ta’ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya KEHIDUPAN YANG BAIK dan sesungguhnya Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (Surat An-Nahl: 97).

2. Hati ini tidak akan tenang bila berpetualang bukan pada habitatnya, habitat hati itu adalah berada pada suasana mentauhidkan Allah, meneladani Rasulullah, membaca Al-Qur’an, shalat berjamaah, berinfaq, bermunajat di waktu sepertiga malam yang terakhir, bermajelis ilmu, berteman dengan orang-orang yang baik (shalih).

3. Semiskin-miskinnya orang, bila hatinya baik, ia akan lebih memilih mending hidup dalam keterbatasan ekonomi ketimbang harus kehilangan waktu membaca Al-Qur’an, shalat berjamaah, shaf pertama, berinfaq, bermunajat di waktu sepertiga malam yang terakhir, bermajelis ilmu, berteman dengan orang-orang yang baik (shalih). Kecuali bila hatinya sudah tamak/rakus dunia, pasti agama di dadanya akan tercabik binasa, sibuk dengan boneka dunia sampai lupa untuk apa ia dicipta.

Silahkan kaya, Islam tak melarangnya, namun bila ingin tak tersiksa dengan harta dunia maka jadikanlah ia harta akhirat dan kuncinya adalah TAQWA.

|Kotaraya – Palu – Sulawesi Tengah. Jum`at 08 Rajab 1440 H/15 Maret 2019 M.

(Artikel Ini Pernah Dimuat Dalam Akun Facebook Abu Uwais Musaddad Pada Status No. 1214).

———

Silahkan Dukung Dakwah Pesantren Minhajussunnah Al-Islamiy Desa Kotaraya Sulawesi Tengah Dengan Menjadi DONATUR.

REKENING DONASI: BRI. KCP. KOTARAYA 1076-0100-2269-535 a.n. PONPES MINHAJUSSUNNAH KOTARAYA, Konfirmasi ke nomer HP/WA 085291926000

PROPOSAL SINGKAT DI http://minhajussunnah.or.id/santri/proposal-singkat-program-dakwah-dan-pesantren-minhajussunnah-al-islamiy-kotaraya-sulawesi-tengah/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *