FAEDAH ASMA’UL HUSNA (Bagian 13-14) NAMA ALLAH AR-RAZZAQ DAN AR-RAZIQ
Ditulis Oleh: Mukhlisin Abu Uwais
Allah Ta`ala berfirman tentang nama-Nya Ar-Razzaq:
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
Artinya: “Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh”. (Surat Adz-Dzariyat: 58).
Allah juga berfirman:
وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
Artinya: “Berilah kami rezeki, sesungguhnya Engkau sebaik-baik pemberi rezeki”. (Surat Al-Maidah: 114).
وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
Artinya: “Dan sungguh Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki”. (Surat Al-Hajj: 58).
Dan masih banyak lagi ayat-ayat serupa, yang menjelaskan bahwasanya Allah Ta’ala adalah Maha Pemberi Rezeki.
Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad mengatakan: “Nama Allah Ar-Razzaq juga disebutkan dalam hadits Nabi, dalam Kitab Musnad Imam Ahad, yang diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa: saat itu harga-harga barang melonjak tinggi di masa Rasulullah –shallallahu `alaihi wasallam-, orang-orang pun berkata: wahai Rasulullah, seandainya engkau saja yang menentukan harga. Beliau menjawab:
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمُسَعِّرُ الْقَابِضُ الْبَاسِطُ الرَّازِقُ وَإِنِّي لَأَرْجُو أَنْ أَلْقَى اللَّهَ وَلَا أَرَى أَحَدًا يَطْلُبُنِي بِالْمَظْلَمَةِ فِي مَالٍ وَلَا دَمٍ
Artinya: “sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Menentukan harga, Maha Menggenggam, Maha Membentangkan Rizki, Maha Memberi Rizki. Sungguh aku berharap saat bertemu dengan Allah kelak tidak ada seorang pun yang menuntut haknya atas kedzalimanku padanya, baik terkait darah maupun harta”. (Riwayat Abu Dawud no. 3451, At-Tirmidzi no. 1314, Ibnu Majah no. 2200, Musnad Imam Ahmad [III/156]. (Lihat: Fiqhul Asma-il Husna, hal. 103. Karya Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad).
Ar-Razzaq artinya ditangannyalah rezeki seluruh makhluk dan Dialah yang paling kuat memberiikan rezeki kepada para hamb-Nya. Dia lah Allah Jalla wa ‘Ala yang memberikan rezeki kepada siapa saja yang Dia kehendaki, di tangan-Nya segala urusan, dan Dialah yang mengatur alam semesta ini.
Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad berkata: Allah adalah Ar-Razzaq, maksudnya Allah menjamin seluruh rizki hamba-Nya dan mengurusi setiap jiwa yang tidak dapat hidup tanpa rizki tersebut.
Allah Ta`ala berfirman:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا
Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya”. (Surat Hud: 6).
Dan Allah juga berfirman:
وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Artinya: “Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberii rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Surat Al-Ankabut: 60).
Allah juga berfirman:
وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya: “Dan Allah memberii rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas”. (Surat Al-Baqarah: 212, An-Nur: 38).
Firman-Nya yang lain:
إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”. (Surat Al-Isra: 30).
Allah Ta`ala sering sekali mengingatkan hamba-Nya dalam banyak ayat Al-Qur’an bahwa Dia-lah satu-satunya pemberi rizki dan yang menjamin kebutuhan makan serta rizki mereka. Ayat-ayat Allah dalam Al-Qur’an yang mengingatkan hamba-Nya ini diturunkan untuk dua tujuan:
PERTAMA: Untuk mengingatkan karunia dan nikmat Allah.
KEDUA: Untuk mengajak manusia agar selalu taat serta melakukan kebaikan dan berbuat ihsan. (Lihat: Fiqhul Asma-il Husna, hal. 103. Karya Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad).
Semua rezeki di tangan Allah Jalla wa ‘Ala; penghidupan seorang hamba, makanannya, minumannya, lauk pauknya, semuanya di tangan Allah Tabaraka wa Ta’ala. Dialah yang memberi dan Dia pula yang berkuasa menahan rezeki. Dialah yang melapangkan dan Dia pula yang mampu menyempitkannya. Dialah yang kuasa menurunkan rezeki dan Dia pula yang bisa mengangkatnya. Jika Dia menghendaki menjadikan suatu rezeki untuk seorang hamba, maka pasti hamba tersebut akan mendapatkannya. Namun apabila Dia menahannya, tidak ada seorang pun yang mampu memberinya. Laa haula wala quwwata illa billah.
Banyak ayat-ayat yang menjelaskan kepada kita bahwasanya Allah Ta’ala adalah Ar-Razzaq, Maha Pemberi Rezeki, dan bahwa rezeki itu berada di tangan-Nya. Namun masih saja di antara kita ada yang menempuhnya dengan jalan yang haram.
Sekali lagi, rezeki itu di tangan Allah Jalla wa ‘Ala. Barangsiapa yang diberikan kenikmatan, maka itu dari-Nya. Siapa yang menerima suatu karunia, itu adalah pemberian-Nya. Dan kedermawanan adalah kedermawanan-Nya.
Allah berfirman:
وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ إِنْ شَاءَ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Artinya: “Dan jika kamu khawatir menjadi miskin (karena orang kafir tidak datang), maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana”. (Surat At-Taubah: 28).
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa`diy menjelaskan: “Jika kalian takut miskin atau sangat butuh wahai kaum muslimin, akibat melarang orang-orang musyrik dari mendekati Masjidil Haram, lalu sarana-sarana dunia diputus dari kalian oleh mereka, maka “Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya”. Rizki itu tidak terbatas pada satu pintu dan tempat saja, bahkan tidaklah satu pintu tertutup melainkan pintu-pintu yang akan terbuka, karunia Allah sangatlah luas, dan kemurahan-Nya sangatlah besar, terlebih khusus lagi bagi mereka yang meninggalkan sesuatu karena mengharap wajah Allah Yang Mulia, karena sesungguhnya Allah adalah Maha Pemurah di antara para pemurah, dan Allah telah membuktikan janji-Nya dengan menjadikan kaum muslimin berkucukupan dengan karunia-Nya dan membentangkan rizki untuk mereka yang membuat mereka menjadi orang-orang paling kaya bahkan paling berkuasa.
Allah berfirman dalam ayat ini “jika Dia menghendaki”. Allah mengaitkan kekayaan dengan kehendak-Nya, karena kekayaan di dunia bukan termasuk konsekuensi iman (yang beriman pasti kaya, belum tentu) dan kekayaan tidaklah menunjukkan kecintaan Allah, oleh karenanya Allah mengaitkannya dengan kehendak-Nya, karena Allah memberikan dunia kepada mereka yang Dia cintai dan kepada mereka yang Tidak Dia cintai, Dan Allah tidak menganugerahkan keimanan dan agama kecuali kepada yang Dia cintai.
Allah berfirman di akhir ayat “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana” yakni ilmu Allah sangatlah luas, mengetahui siapa yang layak diberi kekayaan dan siapa yang tidak layak, meletakkan sesuatu pada tempatnya dan sesuai dengan posisinya.
(Lihat Taisiir Al-Kariimir-rahmaan Fii Tafsiir Kalaamil Mannaan, Hal. 333-334, Cet. Maktabah An-Nubalaa’. Karya Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa`diy).
Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad berkata: Allah Jalla wa ‘Ala memberi rezeki kepada hamba-Nya dengan dua cara: Rezeki yang bersifat umum dan khusus.
PERTAMA: RIZKI YANG BERSIFAT UMUM
Secara umum, Allah memberi rezeki kepada hamba-Nya baik orang shalih maupun pelaku dosa, baik yang mukmin maupun kafir, orang-orang yang terdahulu dan kemudian hingga akhir masa, rizki jenis ini bersifat jasmaniah atai rizki badan. Sebagaimana ayat yang telah disebutkan sebelumnya:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberii rezekinya”. (Surat Hud: 6).
Allah berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ
وَقَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالا وَأَوْلادًا وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ
قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفَى إِلا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ لَهُمْ جَزَاءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا وَهُمْ فِي الْغُرُفَاتِ آمِنُونَ
Artinya: “Dan setiap Kami mengutus seorang pemberi peringatan kepada suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) berkata, “Kami benar-benar mengingkari apa yang kamu sampaikan sebagai utusan. Dan mereka berkata, “Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami tidak akan diazab. Katakanlah, “Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasinya (bagi siapa yang Dia kehendaki), tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Dan bukanlah harta dan anak-anakmu yang mendekatkan kamu kepada Kami; melainkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda atas apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga)”. (Surat Saba’: 35-37).
Allah juga berfirman:
أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ
نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَل لا يَشْعُرُونَ
Artinya: “Apakah mereka mengira bahwa Kami memberikan harta dan anak-anak kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami segera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? (Tidak), tetapi mereka tidak menyadarinya”. (Surat Al-Mukminun: 55-56).
Allah juga berfirman:
كُلا نُمِدُّ هَؤُلاءِ وَهَؤُلاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا
انْظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَلَلآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلا
Artinya: “Kepada masing-masing golongan baik golongan ini (yang menginginkan dunia) maupun golongan itu (yang menginginkan akhirat) Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. Perhatikanlah bagaimana Kami melebihkan sebagian mereka atas sebagian (yang lain). Dan kehidupan akhirat lebih tinggi derajatnya dan lebih besar keutamaannya”. (Surat Al-Isra’: 20-21).
Berlimpahnya rizki itu tidak berarti seseorang memiliki kedudukan mulia di sisi Allah. Demikian pula sebaliknya, kurangnya rizki yang diperoleh seorang hmba tidak berarti dirinya hina di sisi Allah. Allah berfirman:
فَأَمَّا الإنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ
وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
كَلا
Artinya: “Maka adapun manusia, apabila Tuhannya mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku”. Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, “Tuhanku telah menghinakanku. Sekali-kali tidak!”. (Surat Al-Fajr: 15-17).
Maksudnya, tidak setiap orang yang Aku beri rizki melimpah di dunia adalah pertanda bahwa ia mulia di sisi-Ku. Sebaliknya, tidak setiap orang yang aku batasi rizkinya di dunia adalah pertanda bahwa ia hina di sisi-Ku. Kekayaan dan kemiskinan, keluasan rizki dan kesempitannya, semua itu adalah cobaan dan ujian dari Allah agar diketahui siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur, siapa yang bersabar dan siapa yang tidak bersabar.
KEDUA: RIZKI YANG BERSIFAT KHUSUS
Rezeki yang bersifat khusus adalah rezeki yang dilimpahkan ke dalam hati, yaitu berupa anugerah rezeki ilmu dan keimanan, termasuk pula rizki yang halal yang membantu seseorang beramal demi kemaslahatan agamanya. Rizki ini khusus diberikan pada orang yang beriman berdasarkan derajat mereka di sisi Allah dan sesuai dengan hikmah dan rahmat-Nya. Pada hari kiamat Allah akan menyempurnakan kemuliaan mereka dengan balasan berupa Surga yang penuh kenikmatan.
Allah berfirman:
وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا قَدْ أَحْسَنَ اللَّهُ لَهُ رِزْقًا
Artinya: “Dan barang siapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang shalih, niscaya Dia akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sungguh, Allah memberikan rezeki yang baik kepadanya”. (Surat Ath-Thalaq: 11). (Lihat: Fiqhul Asma-il Husna, hal. 105-106. Karya Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad).
BUAH BERIMAN DENGAN NAMA ALLAH AR-RAZZAQ:
1). Barangsiapa yang mengimani bahwa Allah adalah Ar-Razzaq, rezeki hanya di tangan Allah, dan bahwa tidaklah seseorang wafat kecuali telah ia dapatkan secara sempurna rezeki yang telah ditetapkan untuknya sebagaimana yang telah Allah takdirkan, orang yang memiliki keimanan dan keyakinan demikian, maka dia akan sangat jauh dari perasaan berputus asa dari rahmat Allah.
2). Membawa seorang hamba hanya berharap rezeki dari Allah dan tidak kepada selain-Nya.
3). Yaqin akan adanya rizki yang halal untuknya tanpa harus menerjang yang haram.
4). Bersabar dalam mencari rizki.
5). Tidak hasad saat Allah melebihkan saudaranya dalam perkara rizki dunia.
6). Merasa puas (qana`ah) dengan pembagian rizki dari Allah.
SEBAB-SEBAB MERAIH RIZKI
Di antara sebab-sebab meraih rizki yang Allah sebutkan di dalam Al-Qur’an adalah:
1). RIZKI YANG ALLAH JAMIN UNTUK SETIAP MAKHLUKNYA
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
Artinya: “Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”. (Surat Hud: 06).
2). RIZKI KARENA TAQWA
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ
Artinya: “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya”. (Surat Ath-Thalaq: 2-3).
3). RIZKI KARENA ANAK
وَلا تَقْتُلُوا أَوْلادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا
Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu suatu dosa yang besar”. (Surat Al-Isra’: 31).
4). RIZKI KARENA ISTIGHFAR
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا، يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا، وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
Artinya: “Maka aku berkata kepada mereka, ‘Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sungguh, Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu”. (Surat Nuh: 10-12).
5). RIZKI KARENA MENIKAH
وَأَنْكِحُوا الأيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya: “Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (Surat An-Nuur: 32).
6). RIZKI KARENA BERSYUKUR
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat”. (Surat Ibrahim: 07).
7). RIZKI KARENA SEDEKAH
مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Artinya: Barang siapa yang meminjami Allah (yakni menafkahkan hartanya di jalan Allah) dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. (Surat Al-Baqarah: 245).
8). RIZKI KARENA USAHA
وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى
Artinya: “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya”. (Surat An-Najm: 39).
|Selesai Ditulis Di Kotaraya, Sulawesi Tengah. Rabu, 09 Rajab 1441 H/04 Maret 2020 M.