JANGAN TAQLID KEPADAKU

Ditulis Oleh: Mukhlisin Abu Uwais

IMAM ABU HANIFAH –rahimahullah- mengatakan, “tidak halal bagi seseorang mengambil perkataan kami selama ia belum mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (I`laamul Muwaqqi`iin [III/488]).

BELIAU –rahimahullah- juga mengatakan, “apabila suatu hadits shahih, maka itulah madzhabku.” (Iiqaazhul Himam [hlm. 62] karya Imam al-Fullani. Dan al-Haasyiyah `alal Bahrir Raa’iq [I/63] karya Imam Ibnu `Abidin. Lihat Ashlu Shifati Shalaatin Nabiy –shallallahu`alaihi wa sallal- [I/24] karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani –rahimahullah-. Dan al-Ibdaa` fii Kamaalisy Syar`I wa Khatharil Ibtidaa` [hlm. 20-22]).

IMAM MALIK BIN ANAS –rahimahullah- mengatakan, “sesungguhnya aku hanya seorang manusia, terkadang aku benar dan terkadang salah; maka lihatlah pendapatku, setiap pendapatku yang sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah maka ambillah, dan setiap yang tidak sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah maka tinggalkanlah.” (Jaami` Bayaanil `Ilmi wa Fadhlili [I/775, no. 1435, 1436] karya Imam Ibnu `Abdil Barr –rahimahullah-).

IMAM ASY-SYAFI`I –rahimahullah- mengatakan, “setiap orang pasti terlewat dan luput darinya salah satu sunnah Rasulullah –shallallahu`alaihi wa sallam-. Apa pun pendapat yang aku katakan atau prinsip yang aku tetapkan (katakan) kemudian ada hadits dari Rasulullah –shallallahu`alaihi wa sallam-, yang ternyata bertentangan dengan pendapatku, maka apa yang disabdakan Rasulullah –shallallahu` alaihi wa sallam- itulah yang diambil. Dan itulah yang menjadi pendapatku.” (Manaaqib al-Imam Asy-Syafi`I [I/475] Karya Imam al-Baihaqi. Dan I`lamul Muwaqqi`in [IV/46-47]).

BELIAU juga berkata, “setiap yang aku ucapkan, namun ada hadits dari Nabi –shallallahu `alaihi wa sallam- yang shahih menyelisihi pendapatku, maka hadits Nabi –shallallahu`alaihi wa sallam- itulah yang lebih patut diikuti. Maka JANGANLAH KALIAN TAQLID KEPADAKU.” ((Manaaqib al-Imam Asy-Syafi`I [I/473] Karya Imam al-Baihaqi. Dan I`lamul Muwaqqi`in [IV/45-46]).

IMAM AHMAD BIN HAMBAL –rahimahullah- mengatakan, “kalian tidak boleh TAQLID KEPADAKU, tidak boleh juga taklid kepada Malik, Asy-Syafi`I, Al-Auza`I dan Ats-Tsauri, tetapi ambillah darimana mereka mengambil.” (I`lamul Muwaqqi`in [III/469]).

(Disalin Dari Buku SHIFAT SHALAT NABI, halaman 30-31. Karya Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas –hafidzahullah-).

|Kotaraya, Sulawesi Tengah. Senin 28 Jumadal Akhirrah H/27 Maret 2017 M.

(Artikel Ini Pernah Dimuat Dalam Akun Facebook Abu Uwais Musaddad Pada Status No. 1134).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *