MENGAPA HARUS `AQIDAH DULU???

Ditulis Oleh: Mukhlisin Abu Uwais

MENGAPA HARUS `AQIDAH DULU???
(1). Karena `aqiidah adalah pondasi agama. Seandainya ada orang yang berkata: aku mampu membangung bangunan di tingkat yang kedua sebelum adanya pondasi di bangunan yang pertama, apakah ini masuk akal? Apakah ucapan ini keluar dari orang yang berakal?

MENGAPA HARUS `AQIDAH DULU???
(2). Karena ia adalah asas sebuah bangunan, bila suatu bangunan itu asasnya baik, teratur, dan kuat niscaya bangunan yang akan berdiri di atasnya menjadi kuat dan anteng tidak bergoyang selamya.

Rasulullah –shallahhu`alaihi wa sallam- berada di Makkah selama 13 tahun, untuk menguatkan asas ini. Tahukah anda??? Bahwa beliau menyeru kepada kaumnya: wahai kaumku ucapkanlah LAA ILAAHA ILLALLAH. Sampai-sampai dari kaumnya ada yang berkata:

أَجَعَلَ الآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ

Artinya: Apakah dia menjadikan tuhan-tuhan (yang banyak) itu menjadi Tuhan yang satu saja? Sungguh, ini benar-benar sesuatu yang sangat mengherankan. (Surat Shaad Ayat 5).

Wahai ummat Islam, apakah kita lebih utama dibanding para Nabi??? Sungguh mereka memulai dengan `aqiidah, `aqiidah ini adalah asas.

MENGAPA HARUS `AQIDAH DULU???
(3). Karena amal-amal dan ucapan-ucapan tidak akan diterima di sisi Allah kecuali dengan `aqiidah yang shahihah. Apabila suatu ucapan, amal dan ibadah-ibadah itu datangnya dari pemilik aqiidah yang shahiihah maka amal itu akan diterima di sisi Allah, dan akan ada pahalanya di sisi Allah kelak di akhirat. Adapun bila ucapan, amal dan ibadah-ibadah itu datangnya dari pemilik aqiidah yang rusak, niscaya akan tertolak, dan tidak akan ada pahalanya di sisi Allah kelak di hari kiamat.

MENGAPA HARUS `AQIDAH DULU???
(4). Karena ia adalah kebutuhan yang pasti bagi manusia, bahkan melebihi kebutuhannya terhadap air dan udara.

MENGAPA HARUS `AQIDAH DULU???
(5). Karena `aqiidah ini yang akan membimbing seseorang. Seseorang yang terbimbing dengan `aqiidah yang shahiihah mereka adalah orang-orang yang akan kuat ketika terjadi ujian.

(Diterjemahkan dari kitab Al-Aqiidatu Awwalan Lau Kaanu Ya`lamuun [I/32-38] Cet. Maktabah Al-Ghuraba Karya Asy-Syaikh Abu Islam).

|Kotaraya, Sulawesi Tengah. Senin 12 Rabii`ul Awwal 1438 H/ 12 Desember 2016

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *